JAKARTA - China kini punya cara unik untuk mendorong warganya agar lebih tertarik menikah. Mulai tahun ini, pasangan di China tidak lagi wajib menikah di kota asal atau tempat mereka terdaftar.
Aturan baru ini memungkinkan pasangan mendaftarkan pernikahan di kota mana pun di seluruh wilayah China, tanpa batasan administratif. Tujuannya sederhana, membuat proses menuju pernikahan terasa lebih mudah, fleksibel, dan spesial bagi generasi muda.
Kebijakan ini muncul di tengah kekhawatiran pemerintah terhadap penurunan angka pernikahan yang cukup drastis. Tahun lalu, jumlah pasangan menikah turun hingga 20,5% menjadi 6,1 juta pasangan, rekor terendah sepanjang sejarah modern China.
Banyak anak muda menganggap pernikahan itu rumit, mahal, dan bukan prioritas utama, karena mereka lebih fokus pada karier serta tingginya biaya hidup di kota besar, demikian dilansir Reuters, Senin (10/11/2025).
Dengan menghapus batasan wilayah pendaftaran, pemerintah berharap proses pernikahan terasa lebih santai dan tidak menakutkan.
Fenomena menarik pun muncul setelah kebijakan ini diterapkan. Warganet menjulukinya sebagai “marriage tourism” tren menikah sambil liburan di kota lain.
Beberapa pasangan bahkan memilih tempat yang tidak biasa sebagai lokasi pernikahan, seperti:
Menurut laporan pemerintah, kebijakan ini mulai menunjukkan hasil positif. Jumlah pernikahan naik 22,5% dibanding tahun sebelumnya, mencapai 1,61 juta pasangan pada kuartal ketiga 2025.
Meski tren ini menggembirakan, para ahli menilai tantangan mendasar tetap ada mulai dari tekanan ekonomi, mahalnya biaya hidup, hingga gaya hidup anak muda yang semakin mandiri.
Namun, langkah ini dianggap sebagai awal yang baik. Setidaknya, pemerintah berhasil membuat pernikahan terasa lebih sederhana, modern, dan menyenangkan, bukan lagi hal yang menakutkan bagi generasi muda China.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)