Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Raisa dan Hamish Daud Jalani Co-Parenting Setelah Cerai, Ini yang Harus Dilakukan

Annastasya Rizqa , Jurnalis-Senin, 27 Oktober 2025 |10:35 WIB
Raisa dan Hamish Daud Jalani Co-Parenting Setelah Cerai, Ini yang Harus Dilakukan
Raisa dan Hamish Daud Jalani Co-Parenting Setelah Cerai, Ini yang Harus Dilakukan (Foto: Instagram)
A
A
A

JAKARTA - Penyanyi Raisa buka suara soal kabar perceraiannya dengan aktor Hamish Daud. Sebelumnya, pelantun Serba Salah itu menggugat Hamish ke Pengadilan Agama Jakarta Selatan pada 22 Oktober 2025, setelah delapan tahun menikah.

Lewat pernyataannya di media sosial, Raisa mengungkap beberapa poin penting pascagugatan perceraiannya dengan Hamish. Salah satunya adalah keputusan untuk tetap kompak menjalankan pola asuh atau co-parenting bersama demi putri mereka, Zalina.

“Hubungan kami tetap baik, meski berubah. Yang tidak akan berubah adalah cinta kami kepada Zalina. Sudah menjadi tugas seumur hidup kami untuk menjaga dan merawat putri kami, dengan terus hadir bersama sebagai co-parents untuk memastikan dia bisa tumbuh dalam lingkungan yang penuh kasih sayang,” tulis Raisa di Instagram-nya, Minggu (26/10/2025).

Apa Itu Co-Parenting?

Melansir Pregnancy Birth and Baby, co-parenting merupakan pola pengasuhan bersama yang mengacu pada bagaimana orang tua berbagi tanggung jawab dalam membesarkan anak-anak mereka.

Hal ini biasanya terjadi setelah perceraian atau perpisahan, namun bisa juga dalam situasi lain — misalnya ketika dua orang memutuskan memiliki dan membesarkan anak bersama tanpa menjalin hubungan.

Melakukan co-parenting membutuhkan sejumlah prinsip agar berjalan baik meski hubungan pasangan telah berakhir. Berikut beberapa hal yang harus dilakukan orang tua saat menjalani co-parenting, dirangkum dari berbagai sumber oleh iNews Media Group, Minggu (26/10/2025).

1. Tanggung Jawab Bersama

Hal pertama yang perlu dilakukan dalam co-parenting adalah memperhatikan tanggung jawab bersama. Kedua orang tua harus tetap terlibat aktif dalam pengasuhan anak dan mengambil keputusan mengenai pendidikan, kesehatan, aktivitas, hingga bimbingan moral.

Tanggung jawab ini memerlukan interaksi dan rasa saling percaya antara kedua pihak agar keputusan yang diambil tetap kompak dan terbaik bagi anak.

2. Komunikasi

Komunikasi yang baik adalah kunci co-parenting yang sehat. Pola asuh bersama yang efektif bergantung pada komunikasi yang saling menghormati dan konsisten antara orang tua.

Sekalipun hubungan pribadi telah berakhir, fokus harus dialihkan pada kesejahteraan anak. Dengan komunikasi yang terbuka, orang tua bisa berdiskusi dan mengambil keputusan terbaik bagi buah hati.

3. Konsistensi

Konsistensi dalam pola asuh juga penting dipertahankan oleh kedua orang tua. Biasanya, orang tua berusaha menjaga rutinitas, aturan, dan harapan yang sama di kedua rumah, agar anak merasa stabil dan aman.

Konsistensi bisa berupa cara berkomunikasi hingga kebijakan bersama, sehingga pola asuh tetap seragam dan nyaman bagi anak.

4. Fokus pada Anak

Terakhir, co-parenting harus selalu berfokus pada kepentingan anak. Semua keputusan dibuat dengan mempertimbangkan kebaikan dan kebahagiaan anak, bukan berdasarkan konflik pribadi atau masalah masa lalu.

Menurunkan ego dan menjaga komunikasi yang sehat akan membantu anak tumbuh dengan kasih sayang dari kedua orang tuanya, meski mereka tidak lagi bersama.

(Kurniasih Miftakhul Jannah)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita women lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement