JAKARTA - Menjadi ibu sekaligus wanita karier bukanlah hal yang mudah. Tuntutan pekerjaan sering kali menyita waktu dan energi, sementara di sisi lain anak tetap membutuhkan kehadiran fisik maupun emosional dari seorang ibu.
Dilema ini kerap dirasakan banyak perempuan, terutama mereka yang ingin menyeimbangkan peran dalam dunia profesional sekaligus tetap menjalankan peran utama dalam keluarga.
Terkait hal tersebut, Dr. Eko Handayani, S.Psi., M.Psi., seorang psikolog dan juga dosen di Universitas Indonesia (UI), dalam wawancaranya bersama Okezone, memberikan tips sebagai berikut:
1. Sisihkan Waktu Khusus yang Konsisten dan Berkualitas
Meski waktu yang dimiliki ibu bekerja bersama anak sering kali terbatas, kualitas interaksi jauh lebih penting dibandingkan lamanya durasi. Momen kebersamaan sebaiknya benar-benar bebas dari distraksi, termasuk ponsel, televisi, atau urusan pekerjaan.
"Kehadiran penuh (present moment) memberi pesan kuat kepada anak bahwa ia menjadi prioritas utama meskipun ibunya sibuk," ujarnya, kepada Okezone.
2. Bangun Rutinitas Sederhana
Rutinitas bersama bisa diciptakan dan dilakukan, seperti makan malam bersama. Momen ini dapat menjadi ajang berbagi cerita dan memperkuat komunikasi emosional.
Membacakan buku sebelum tidur, bukan hanya mendekatkan hubungan ibu dan anak, tetapi juga menstimulasi imajinasi dan membangun kebiasaan positif.
"Bahkan percakapan ringan mengenai pengalaman sehari-hari, seperti apa yang anak lakukan di sekolah atau perasaan yang ia alami, bisa menumbuhkan rasa dihargai dan dipahami," ujarnya.
3. Tunjukkan Emosi Positif saat Bersama Anak
Kehangatan, rasa rindu, kasih sayang, dan perhatian penuh bukan hanya sesuatu yang dirasakan, tetapi juga perlu diungkapkan secara nyata dalam interaksi sehari-hari antara ibu dan anak.
Sapaan hangat di pagi hari, pelukan erat saat berpisah atau bertemu kembali, serta ungkapan sederhana seperti “Ibu sayang kamu” mampu menghadirkan rasa aman emosional yang sangat dibutuhkan anak.
Gestur kecil ini memiliki dampak besar karena membantu anak memahami bahwa keberadaannya berarti dan selalu dihargai.
Selain itu, ekspresi emosi positif juga mengajarkan anak bagaimana cara menunjukkan cinta dan kepedulian kepada orang lain.
Misalnya, dengan tersenyum tulus ketika anak bercerita, menatap mata dengan penuh perhatian, atau memberi apresiasi atas usaha kecil yang dilakukan anak, ibu telah menanamkan rasa percaya diri sekaligus membentuk pola komunikasi yang sehat.
Bekerja Bukan Hal yang Harus Disesali
Ibu juga perlu memahami bahwa bekerja bukanlah sesuatu yang harus disesali, melainkan bagian dari tanggung jawab sekaligus bentuk kasih sayang untuk keluarga.
Rasa bersalah yang kerap muncul justru bisa menjerumuskan ibu pada pola asuh yang tidak seimbang, seperti terlalu memanjakan anak dengan hadiah atau kelonggaran aturan.
"Pola ini berisiko menumbuhkan perilaku manja dan kurangnya disiplin pada anak," ujarnya.
(Rani Hardjanti)