JAKARTA - Indonesia sedang tidak baik-baik saja. Gelombang demonstrasi besar-besaran kembali mengguncang berbagai kota besar. Ribuan massa turun ke jalan untuk menyuarakan aspirasi mereka, namun situasi kerap berakhir ricuh hingga memakan banyak korban.
Pihak berwenang hampir selalu menggunakan gas air mata sebagai senjata utama untuk membubarkan massa. Ledakan tabung gas yang dilemparkan ke arah massa membuat suasana semakin kacau. Asap pekat memenuhi udara, memaksa para demonstran berlari-lari mencari perlindungan.
Meski pihak kepolisian berdalih langkah ini adalah prosedur standar untuk mengendalikan massa, penggunaan gas air mata harus dilakukan dengan sangat hati-hati, karena potensi bahayanya terhadap kesehatan jangka panjang masih tinggi.
Gas air mata merupakan senyawa kimia yang biasanya mengandung chloroacetophenone (CN) atau o-chlorobenzylidene malononitrile (CS). Meski disebut “air mata”, efeknya tidak hanya membuat mata perih, melainkan juga menyerang saluran pernapasan dan kulit.
Rasa perih menyengat muncul seketika, diikuti dengan produksi air mata berlebihan yang membuat penglihatan buram. Kelopak mata terasa berat, sulit dibuka, dan korban kehilangan orientasi. Banyak orang akhirnya menutup mata sambil meraba jalan, berusaha menjauh dari area penuh asap, meski dalam kondisi nyaris tak bisa melihat dengan jelas.
Gas air mata memicu sensasi terbakar di hidung dan tenggorokan. Korban sering kali tak mampu menahan batuk, hidung berair, hingga dada terasa sesak. Bagi penderita asma atau penyakit paru-paru, kondisi ini bisa berkembang serius, bahkan mengancam nyawa bila tak segera ditangani.
Paparan partikel kimia menimbulkan panas, rasa gatal, hingga kemerahan. Bagian tubuh yang terbuka seperti wajah, leher, atau tangan biasanya paling terdampak, membuat korban tak hanya sesak napas tetapi juga kesakitan akibat iritasi kulit.
Meski efeknya umumnya bersifat sementara, langkah pertolongan pertama sangat penting agar iritasi tidak semakin parah. Berikut beberapa cara yang dianjurkan untuk mengatasi paparan gas air mata:
Jangan sekali pun mengucek atau mengusap mata dengan paksa. Tindakan ini justru bisa menyebarkan kristal gas air mata ke seluruh permukaan bola mata dan memperparah iritasi.
Cucilah mata menggunakan air mengalir atau cairan khusus pencuci mata selama 10-15 menit. Biarkan air mengalir secara alami tanpa digosok agar partikel kimia dapat terbuang.
Segera ganti pakaian yang terkena paparan gas air mata. Simpan dalam kantong tertutup untuk dicuci terpisah, karena serat kain bisa menyimpan partikel kimia.
Panik hanya akan memperburuk kondisi tubuh. Cari tempat aman, duduk, dan tarik napas perlahan agar dada tidak semakin sesak.
Jika gejala tak kunjung reda, terutama bila muncul sesak napas hebat, muntah terus-menerus, atau penglihatan semakin terganggu, segera cari bantuan medis.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)