3. Kejenuhan pada budaya dan desensitisasi
Gen Z yang tumbuh di era digital terus terpapar gambar dan konten emosional. Penggunaan tatapan kosong bisa mencerminkan rasa lelah secara emosional karena paparan ekspresi yang berlebihan melalui platform digital.
Ekspresi sinis ini dapat menunjukkan bahwa mereka sudah melihat semua terlalu banyak paparan emosi dari platform digital.
4. Pengaruh anti-norma kecantikan dan estetika Gen Z
Gen Z Stare berbeda dengan tampilan instagram yang menampilkan kecantikan secara konvensional. Gen Z kerap menolak hiper-femininitas atau glamor, sehingga para ahli kecantikan menyebutnya sebagai “estetika perlawanan”. Sikap acuh ini juga menjadi bagian dari identitas Gen Z (Tiggermann & Zaccardo, 2018).
Tatapan kosong bagi Gen Z lainnya dapat menunjukkan dirinya sebagai pribadi yang “keren” karena memahami ironi, terutama saat selfie dengan menggunakan filter atau caption yang absurd.
Jadi, Gen Z Stare bukan hanya sekadar ekspresi kosong, tapi juga memiliki makna penting. Yaitu penentangan terhadap norma lama dalam presentasi di dunia digital, mencerminkan perubahan sikap terhadap visibilitas dan otentisitas, serta menunjukkan batas emosional di tengah paparan emosi dari media sosial yang tiada henti.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)