Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

5 Faktor Utama Penyebab Burnout di Tempat Kerja, Waspadai Sebelum Terlambat!

Aulia Rizky Utami , Jurnalis-Senin, 04 Agustus 2025 |07:21 WIB
5 Faktor Utama Penyebab Burnout di Tempat Kerja, Waspadai Sebelum Terlambat!
5 Faktor Utama Penyebab Burnout di Tempat Kerja, Waspadai Sebelum Terlambat! (Foto: Freepik)
A
A
A

JAKARTA – Belakangan ini, isu burnout atau kelelahan mental di kalangan pekerja kembali menjadi sorotan publik. Salah satu kasus yang ramai diperbincangkan adalah kasus Arya Daru, seorang pegawai Kementerian Luar Negeri (Kemenlu), yang mengungkap tekanan pekerjaan berat hingga berdampak pada kondisi mentalnya. Kisah Arya menjadi bukti nyata bahwa burnout bukan sekadar lelah biasa, tetapi kondisi serius yang bisa menimpa siapa saja, terutama di lingkungan kerja yang penuh tuntutan.

Fenomena ini menggambarkan betapa pentingnya kita memahami penyebab burnout agar dapat mengenali tanda-tandanya lebih awal dan mengambil langkah pencegahan. Apalagi, di era modern seperti sekarang, batas antara kehidupan pribadi dan pekerjaan sering kali kabur, sehingga risiko burnout makin meningkat.

Menurut dr. Bianda Adeti Patriajaya, Sp.KJ., MARS, Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa, dalam wawancaranya bersama Okezone, penyebab burnout bersifat kompleks.

“Faktor penyebab burnout itu banyak karena sifatnya multifaktorial. Bahkan, sering kali tumpang tindih,” jelasnya.

Meski begitu, dr. Bianda menekankan bahwa ada lima faktor utama yang paling sering menjadi pemicu burnout pada para pekerja. Berikut ini uraiannya:

1.      Beban Kerja yang Berat dengan Waktu yang Panjang

Menurut dr. Bianda salah satu masalah utama yang menyebabkan pekerja mengalami burnout adalah beban kerja yang berat disertai waktu kerja yang panjang. Tak jarang, jam kerja berlangsung di luar batas waktu yang seharusnya, sehingga pekerja memiliki waktu istirahat yang sangat minim. Hal ini menyebabkan stres karena jadwal harian menjadi berantakan dan tidak ada cukup waktu untuk menyelesaikan urusan pribadi. Ketika ritme kehidupan terganggu dan pikiran mulai kacau, burnout pun tak dapat dihindari.

2.      Kurangnya Ruang Kontrol atas Pekerjaan

Burnout juga dapat dipicu oleh minimnya kontrol terhadap pekerjaan yang dijalani. Ketika seseorang tidak diberi ruang untuk mengambil keputusan atau tidak dilibatkan dalam proses kerja yang seharusnya menjadi tanggung jawabnya, rasa frustrasi dapat muncul. Ketidakmampuan mengatur ritme kerja sendiri serta terbatasnya kendali atas tugas yang dikerjakan membuat individu merasa tidak berdaya, yang pada akhirnya memperbesar risiko burnout.

 

3.      Lingkungan Kerja yang tidak Supportif

Lingkungan kerja yang tidak suportif juga menjadi salah satu pemicu utama terjadinya burnout. Rekan kerja yang kurang kooperatif, komunikasi yang buruk, hingga atasan yang tidak memberikan dukungan emosional maupun profesional dapat membuat seseorang merasa terisolasi. Ketika tidak ada ruang untuk saling mendukung atau berbagi beban, tekanan pekerjaan akan terasa semakin berat, sehingga memperbesar kemungkinan terjadinya burnout.

4.      Tidak sesuai antara nilai pribadi dengan nilai organisaasi

Burnout juga bisa terjadi ketika seseorang bekerja di lingkungan yang nilai-nilainya tidak sejalan dengan prinsip atau idealismenya. ”Seseorang bekerja di tempat yang ga sesuai dengan idealismenya akan lebih terasa cape secara emosional,” tutur dr. Bianda. Ketika nilai pribadi bertolak belakang dengan budaya kerja atau tujuan organisasi, individu cenderung merasa tidak terhubung secara emosional dengan pekerjaannya. Hal ini dapat menimbulkan kelelahan mental yang mendalam karena ia terus-menerus menjalani sesuatu yang bertentangan dengan keyakinan pribadinya, sehingga semangat kerja pun perlahan menurun.

5.      Terlalu perfeksionis

Sifat perfeksionis juga dapat menjadi penyebab burnout, terutama ketika seseorang merasa harus selalu tampil serba bisa. Individu dengan kecenderungan ini sering kali enggan menolak permintaan pekerjaan, bahkan untuk tugas yang bukan menjadi tanggung jawab utamanya. Ia takut dianggap lemah atau tidak kompeten, sehingga cenderung mengiyakan semua permintaan yang datang. Masalah internal ini membuat beban kerja menjadi jauh lebih besar dari kapasitasnya, yang akhirnya memicu stres berkepanjangan dan kelelahan mental.

Burnout bukanlah hal yang bisa dianggap sepele. Jika dibiarkan terus-menerus, kondisi ini dapat berdampak serius pada kesehatan mental, fisik, hingga produktivitas seseorang. Oleh karena itu, penting bagi pekerja maupun perusahaan untuk lebih peka terhadap tanda-tanda awal burnout dan mulai membangun lingkungan kerja yang lebih sehat dan suportif.

Mengenali faktor penyebabnya adalah langkah awal yang penting agar kita bisa mengambil tindakan pencegahan. Mulai dari mengatur ulang ritme kerja, berani mengatakan tidak saat beban terlalu berat, hingga menciptakan keseimbangan antara kehidupan pribadi dan pekerjaan, semua itu bisa membantu menjaga kesehatan mental dan mencegah burnout sebelum terlambat.

(Kurniasih Miftakhul Jannah)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita women lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement