Hasil penelitian menunjukkan bahwa:
* Sekitar 45 persen individu dengan varian 7R+ melaporkan pernah melakukan seks satu malam, dibandingkan dengan 24 persen individu tanpa varian tersebut.
* Individu dengan gen 7R+ juga cenderung memiliki lebih banyak pasangan saat berselingkuh, meskipun jumlah total pasangan seksual sepanjang hidup tidak berbeda signifikan antara kedua kelompok.
Meskipun hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh gen terhadap perselingkuhan, studi ini memiliki keterbatasan. Sampelnya kecil dan hanya melibatkan mahasiswa di Amerika Serikat, sehingga tidak dapat digeneralisasi. Selain itu, data dikumpulkan melalui laporan diri yang rentan terhadap bias, dan faktor lain seperti lingkungan serta gen-gen lain tidak dianalisis secara mendalam.
Genetik Bukan Penentu Utama
Menurut psikoterapis klinis Dr. LeslieBeth Wish, seperti dikutip dari Business Insider, perselingkuhan sering kali merupakan perilaku yang dipelajari dari lingkungan keluarga. “Anak-anak yang melihat orang tua menghadapi stres dengan cara tertentu, seperti perselingkuhan atau kebiasaan buruk lainnya, mungkin menganggapnya sebagai cara yang normal untuk mengelola emosi,” jelasnya.
Robert Weiss, penulis buku Out of the Doghouse, menambahkan bahwa kecenderungan genetik tidak serta-merta membuat seseorang pasti akan berselingkuh. “Banyak orang memiliki predisposisi genetik terhadap alkoholisme, tetapi tidak semua menjadi pecandu. Hal serupa berlaku untuk perselingkuhan. Faktor lingkungan dan kehendak pribadi sangat menentukan,” ujarnya.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)