Dalam sesi tersebut, Didiet membagikan sejumlah strategi branding yang bisa diterapkan pelaku UMKM, antara lain:
• Membangun cerita yang kuat di balik produk, seperti yang ia terapkan di Ikat Indonesia yang mengangkat wastra tradisional Nusantara.
• Mengelola komunitas pelanggan secara aktif, misalnya dengan mengirim katalog rutin atau memberikan hadiah ulang tahun kepada pelanggan setia.
• Memanfaatkan media organik, seperti WhatsApp Group RT, alumni sekolah, dan komunitas ibu-ibu, yang terbukti menjadi saluran efektif saat pandemi.
• Mendorong kolaborasi antar-UMKM untuk memperluas jangkauan pasar, misalnya kerja sama antara produsen kain dengan pembuat tas atau aksesori.
Didiet juga menceritakan kisah sukses salah satu peserta kelas JGBB yang berhasil menembus pasar internasional.
“Saya bertemu ibu-ibu yang dulunya baru mulai berjualan online setelah ikut kelas JGBB, sekarang produknya sudah masuk ke department store di Jepang dan Tiongkok. Ilmu kalau dipraktikkan, bisa benar-benar mengubah hidup,” tuturnya.
Ia menambahkan bahwa branding yang kuat bukan hanya dibangun di media sosial, tetapi juga harus tercermin dalam kualitas produk dan pengalaman pelanggan secara nyata. Menutup sesi, Didiet mengajak para pelaku UMKM untuk terus belajar, menjaga kesehatan, dan melihat tantangan sebagai peluang untuk bertumbuh.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)