5 Tips Sederhana untuk Menerapkan Gentle Parenting
1. Pisahkan Perilaku dari Anak
Saat anak melakukan kesalahan, hindari memberi label seperti "nakal" atau "cengeng." Sebaliknya, fokuslah pada perilakunya.
Misalnya, alih-alih berkata "Kamu anak yang tidak sopan!", cobalah mengatakan "Kata-kata itu bisa menyakiti orang lain. Yuk, kita coba berbicara dengan lebih baik."
2. Tetapkan Batasan yang Jelas dan Konsisten
Gentle parenting bukan berarti tidak menetapkan aturan. Justru, anak membutuhkan batasan yang jelas agar lebih memahami apa yang harus mereka lakukan. Bedanya, batasan ini diterapkan dengan empati dan tetap menyesuaikan dengan kondisi.
3. Gunakan Konsekuensi Logis, Bukan Hukuman
Daripada memberikan hukuman yang membuat anak takut, bantu mereka memahami dampak dari tindakan mereka. Contohnya, jika anak menumpahkan susu, ajak mereka membersihkannya bersama. Ini mengajarkan tanggung jawab tanpa perlu memarahi atau membuat anak merasa bersalah.
4. Bangun Koneksi Sebelum Koreksi
Anak akan lebih mudah mendengarkan jika mereka merasa dihargai dan dipahami. Sebelum menegur atau mengoreksi, coba validasi perasaan mereka dulu. Misalnya, "Kamu kecewa, ya, karena tidak bisa pergi ke taman. Tapi di luar sedang hujan, jadi kita harus menunggu sampai besok."
5. Kelola Emosi sebagai Orangtua
Selayaknya manusia, wajar jika kadang Orangtua juga merasa kesal atau lelah. Namun, gentle parenting mengajarkan bahwa anak mencontoh perilaku Orangtuanya.
Jadi, sebelum bereaksi, ada baiknya agar Orangtua mengatur emosi terlebih dahulu.
Gentle parenting bukan berarti membiarkan anak melakukan apa saja tanpa batasan. Sebaliknya, pendekatan ini mengajarkan anak untuk memahami emosi mereka, bertanggung jawab atas tindakan mereka, dan menghormati pendapat lain. Dengan mengedepankan empati, komunikasi, dan konsistensi, Orangtua bisa menciptakan lingkungan yang penuh kasih sayang tanpa harus menggunakan hukuman keras.
Menerapkan gentle parenting memang butuh kesabaran, tetapi dampak positifnya akan dirasakan oleh keluarga secara keseluruhan.
Penulis: Belinda Adriani Ariyantoputri, S.Psi., Dr. Dyah Triarini Indirasari, MA, Psikolog
(Rani Hardjanti)