Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Imunisasi dan Skrining Jadi Strategi Kemenkes Jaga Kesehatan Masyarakat

MNC Media , Jurnalis-Sabtu, 12 Oktober 2024 |05:00 WIB
Imunisasi dan Skrining Jadi Strategi Kemenkes Jaga Kesehatan Masyarakat
Imunisasi dan skrining jadi strategi jaga kesehatan masyarakat. (Foto: Kemenkes)
A
A
A

Deteksi Risiko Penyakit

Upaya preventif lainnya dalam layanan kesehatan primer adalah skrining. Skrining yang paling masif dilakukan adalah skrining penyakit gizi pada balita.

“Skrining penyakit yang terbayang oleh kita biasanya skrining penyakit jantung, stroke, diabetes. Yang paling masif kami lakukan adalah skrining penyakit gizi balita, yakni stunting. Stunting termasuk penyakit gizi dengan gizi kurang dan ini diskrining,” tutur Menkes Budi Gunadi Sadikin.

“Cara skriningnya dengan mengukur tinggi dan berat badan. Dulu, pengukurannya tidak standar. Sekarang, ada alat yang namanya antropometri buat skrining. Fungsinya, sebagai alat ukur tinggi dan berat bayi," katanya.

Kemenkes telah mendistribusikan lebih dari 300 ribu alat antropometri ke posyandu di seluruh Indonesia untuk menstandarkan proses penimbangan, mengingat sebelumnya alat timbang di posyandu tidak terstandar.

Imunisasi dan skrining jadi strategi jaga kesehatan masyarakat. (Foto: Kemenkes)
Imunisasi dan skrining jadi strategi jaga kesehatan masyarakat. (Foto: Kemenkes)

“Antropometri ini kami kirim secara masif. Sebanyak 1,5 juta kader posyandu diajarkan cara menimbang. Ini program yang luar biasa,” ujar Menkes Budi.

Lebih lanjut, Menkes Budi menjelaskan, skrining masif juga dilakukan untuk bayi dalam kandungan. Skrining ini memerlukan biaya sangat besar karena melibatkan pengadaan alat ultrasonografi (USG) untuk 10 ribu puskesmas.

“Alat USG digunakan untuk skrining bayi dalam kandungan ibu hamil. Kematian bayi dan ibu di negara kita masih tinggi, tidak turun-turun karena kita punya alat USG sedikit sekali. Sewaktu saya masuk menjadi Menteri Kesehatan, baru ada 2.200 puskesmas dari 10 ribu yang punya alatnya,” katanya.

“Padahal, kelahiran banyak terjadi di puskesmas. Hanya 22 persen ibu hamil yang ada di Indonesia yang bisa dapat pelayanan dengan USG waktu itu. Oleh karena itu, kami kirim alat USG ke seluruh puskesmas," katanya.

 

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita women lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement