Interaksi antara estrogen dan peptida terkait gen kalsitonin (CGRP) juga menambah kompleksitas masalah ini. CGRP adalah zat kimia yang membantu sel saraf berkomunikasi.
Menurut Lipton, CGRP melebarkan pembuluh darah dan meningkatkan aliran darah, yang sering dikaitkan dengan nyeri migrain.
"Selama serangan migrain, kadar CGRP dalam darah penderita biasanya tinggi," jelas Lipton.
Wanita cenderung memiliki kadar CGRP yang lebih tinggi daripada pria, dan perubahan kadar estrogen dapat mempengaruhi CGRP dalam jalur nyeri di otak. Penelitian pada tikus menunjukkan bahwa respons wanita terhadap CGRP juga lebih kuat.
Selain itu, studi terbaru menunjukkan bahwa progesteron, hormon seks lain, mungkin juga berperan dalam migrain. Penemuan terbaru mengindikasikan bahwa aktivasi reseptor progesteron di otak dapat meningkatkan kepekaan terhadap rasa sakit.
Tim dari Universitas Virginia melakukan eksperimen dengan memberikan nitrogliserin, yang berfungsi sebagai vasodilator untuk meniru migrain, kepada tikus. Setelah itu, mereka memberi progesteron dan menemukan bahwa hormon ini membuat tikus lebih peka terhadap rasa sakit, terlihat dari reaksi mereka yang menghindari cahaya dan merespons rasa tusukan jarum.
(Kemas Irawan Nurrachman)