Menurutnya, program PINTU adalah kesempatan untuk berkolaborasi dengan individu yang penuh semangat, bertukar ide, dan menantang diri sendiri dalam mengejar pasar internasional. “Tahun ini, Première Classe, Institut français Paris, dan sekolah bergengsi Duperré - Paris telah memberikan komitmen mereka untuk memberikan dukungan kepada program PINTU Incubator,” katanya.
Sementara itu, dua partisipan yang terpilih dari PINTU Incubator adalah Enigma dan SENSES. Enigma menggabungkan seni dan tekstil, menciptakan desain kontemporer yang terinspirasi dari keindahan budaya Indonesia. Setiap kreasi buatan tangan ini terjalin dari serat organik 100 persen, diukir dengan teliti oleh pengrajin-pengrajin terampil di Jawa Tengah dan Bali. Dalam setiap helai tekstil yang dihasilkan, tersirat sentuhan tangan penuh dedikasi dan cinta.
Dengan mengutamakan bahan-bahan organik, Enigma tidak hanya menghadirkan produk berkualitas tinggi, tetapi juga menjunjung tinggi keberlanjutan dan tanggung jawab lingkungan dalam setiap langkah produksinya.
Kemudian SENSES membawa warisan budaya ke dalam mode modern dengan menggabungkan pola tradisional dengan tekstil kontemporer. Pakaian mereka menampilkan bordir rumit dan manik-manik halus, menunjukkan keahlian dan perhatian terhadap detail yang luar biasa. Setiap pakaian dirakit dengan pengerjaan yang sangat baik, memastikan kualitas terbaik. SENSES merancang dan memproduksi sendiri busana mereka dari awal hingga akhir.
Melalui koleksi bertajuk "SENSES GALA," desainer Kanya Pradipta Sarashvati mengajak para penikmat mode untuk merasakan keajaiban cerita rakyat Jawa Tengah, Roro Jonggrang. Kisah epik sang putri melawan Bandung Bondowoso diinterpretasikan melalui 12 busana anggun yang tercipta dari lace dan satin, memadukan keindahan kain tradisional dengan siluet modern yang memikat hati.
(Tuty Ocktaviany)