JEPANG semakin kewalahan mengatasi 'invasi' sekelompok rakun dalam satu dekade terakhir setelah hampir 1.300 ekor rakun ditangkap selama tahun 2022 silam.
Angka tersebut meningkat lima kali lipat dari jumlah rakun yang ditangkap 10 tahun lalu, lapor sebuah kantor berita Jepang, Kyodo News.
Rakun merupakan spesies invasif bagi Jepang, di mana pemerintah setempat menegaskan kembali memerangi rakun itu sejak tahun 2013.
Rakun bukan hewan asli Jepang melainkan dibawa ke Jepang pada tahun 1970-an setelah sebuah anime popular 'Rascal the Raccoon' tahun 1977.
Masyarakat Jepang banyak yang mulai mengimpor rakun untuk dipelihara setelah pertunjukan anime yang didasarkan pada novel otbiografi tersebut naik daun. Novel 'Rascal, A Memoir of a Better Era' oleh Sterling North yang menceritakan tentang membesarkan bayi rakun.
Majalah Smithsonian melaporkan puncaknya sampai lebih dari 1.500 rakun diimpor ke negeri Sakura itu setiap tahunnya.

(Foto: Pixabay)
Sudah bergerak cepat untuk melarang dan menghentikannya, tetapi tetap saja upaya pemerintah Jepang itu sudah terlambat.
Seorang pemilik dua ekor rakun membagikan pengalaman di Instagramnya dan menceritakan bahwa rakun bukanlah hewan peliharaan yang mudah.
Jaime Arslan mengatakan bahwa mereka bisa sangat merusak di dalam rumah dan harus terus-menerus dihibur.
Selain itu, peliharaannya yang bernama Louie dan Lucy itu mungkin saja dapat dan akan menggigit sebagai bentuk perlawanan atau sebagai bentuk permainan.
Perawatan hewan yang lucu itu juga terbilang mahal karena kebanyakan dokter hewan tidak menangani rakun.
Pemeliharaan yang cukup sulit membuat banyak keluarga di Jepang menyerah memeliharanya dan mulai melepaskan rakun peliharaan ke lingkungan luar.
Spesies ini juga berkembang dengan cepat dan membuat populasi yang besar di Jepang karena rakun tidak memiliki predator alami di negara tersebut. Saat ini, sekitar 47 prefektur ditemukan di Jepang, menurut Kyodo News.
Invasi rakun tidak hanya merusak lingkungan tetapi juga memberikan kerugian besar pada industri pertanian di Jepang.
Mereka harus mengalami kerugian, mulai dari kerusakan tanaman senilai hampir USD3 juta (sekitar Rp48 miliar) yang diduga disebabkan oleh rakun pada tahun 2022.

(Foto: Pexels)
Salah satu jenis hewan yang memiliki sifat cerdas ini membuat pemerintah setempat kesulitan memeranginya.
Bahkan upaya lokal dalam menjebak rakun atau melaporkan ke petugas apabila hewan itu menyebabkan kerusakan masih belum terbukti efektif sejauh ini untuk memerangi invasi rakun.
“Perangkap kami terkadang rusak karena rakun juga sangat ingin hidup. Hanya sebagian kecil saja yang benar-benar tertangkap, jadi kami tidak dapat mengetahui kisaran keseluruhannya,” kata seorang pejabat dari sebuah kota di barat Tokyo kepada Kyodo News.
(Rizka Diputra)