Pada 1912, pangeran Idris As-Sanûsi pergi ke negeri Mesir untuk berobat sekaligus meminta bantuan. Umar yang ditunjukkan sebagai penggantinya memanfaatkan situasi dengan membangun pusat militer dan markas di Jabal Akhdhar.
Umar terus berjuang hingga titik darah penghabisan. Betapa tidak, ia menyaksiakan kejahatan, penyiksaan, dan penodaan penjajah Italia kepada masyarakatnya. Para penjajah tak segan untuk membunuh, menyiksa, dan memerkosa wanita.
Perang masih berkecamuk, Umar memutuskan untuk pergi ke Mesir menemui Idris As-Sanûsi untuk meminta arahan berkenaan dengan jihad. Dalam perjalanan pulang Umar dimata-matai oleh pasukan tentara musuh.
(Foto: Medium)
Musuh langsung menembakkan meriam begitu melihat Umar dan teman-temannya. Umar berhasil melumpuhkan musuh. Nama Umar semakin dikenal dari anak kecil hingga orangtua, menganggapnya sebagai pemimpin yang cerdas.
Gencatan senjata yang dilakukan Italia tak sedikit pun membuat Umar dan pasukkan surut mempertahankan Italia.
Setelah tak mempan digencar dengan dengan meriam, musuh menggoda dengan menawarkan harta dan menjanjikan kenikmatan hidup. Namun, tak ada yang berhasil.
Petinggi Italia menghubungi Umar untuk menyudahi peperangan. Umar pun menerima tawaran dengan sekumpulan syarat demi menaikkan derajat negerinya. Liciknya, Italia justru menipu Umar dan peperangan pun dimulai kembali.