Dalam karya "Kisah Mangkok Merah di Pedalaman Kalbar" milik John MacDougall, dijelaskan bahwa dalam melaksanakan ritual Mangkok Merah, panglima adat berwenang menyediakan beberapa perangkat kebutuhan, seperti umbi jerangau merah (acorus calamus), yang melambangkan keberanian, beras kuning dan bulu burung. Bulu ayam memiliki makna terbang atau kemampuan untuk disebarkan dengan cepat seperti kilat.
Sementara beras kuning menjadi simbol keselamatan dan sebagai sarana untuk mengusir roh jahat agar tidak mengganggu. Lalu, lampu obor yang terbuat dari bambu, digunakan sebagai sumber penerangan. Daun lontar, berfungsi untuk melindungi Mangkok Merah yang telah disajikan agar tidak terkena hujan. Kemudian, tali simpul dari kulit kepuak, menggambarkan persatuan.
Dalam kepercayaan masyarakat Dayak, Mangkok Merah dipegang oleh setengah manusia setengah roh halus. (setengah dewa). Ketika konflik besar yang mengancam nyawa suku Dayak, Mangkok Merah yang asli itu akan datang secara tiba-tiba melalui ritual adat. Masyarakat Dayak percaya jika melaksanakan ritual ini bukanlah perkara mudah. Hal itu lantaran terdapat kepercayaan jika ritual yang dilaksanakan akan meminta korban nyawa manusia.
(Salman Mardira)