“Saya bertemu banyak orangtua. Mereka tahu persis apa yang dibutuhkan anak-anak mereka. Mereka tidak memiliki akses terhadap air bersih dan ini melumpuhkan mereka,” kata James.
Lebih lanjut, james melihat seorang anak dengan sebagian kakinya hilang tergeletak di lantai rumah sakit selama beberapa jam, tanpa mendapat perawatan karena kurangnya tenaga medis. Adapun anak-anak lain yang terluka terbaring di kasur darurat di tempat parkir dan taman di luar.
“Di mana pun dokter harus membuat keputusan yang mengerikan. Mereka harus tahu siapa yang mereka prioritaskan,” kata James.
Sedangkan hingga saat ini kondisi rumah sakit tidak kunjung membaik.
"Tidak ada obat-obatan, tidak ada kegiatan vaksinasi, tidak ada akses terhadap air bersih dan kebersihan serta tidak ada makanan," kata Margaret.
Dia menggambarkan runtuhnya Rumah Sakit Al Shifa di Gaza utara sebagai sebuah tragedi dan menyuarakan keprihatinan tentang penahanan beberapa staf medisnya oleh pasukan Israel selama konvoi evakuasi WHO.
Hampir tiga perempat rumah sakit atau 26 dari 36 rumah sakit, telah ditutup seluruhnya di Gaza karena pemboman atau kekurangan bahan bakar.
(Leonardus Selwyn)