4. Unta sebagai alat transportasi
Suku Afar sudah tinggal cukup lama di wilayah ini selama berabad-abad untuk mencari nafkah dari hasil tambang garam dan menggunakan Unta sebagai transportasi untuk membawa hasil panen garam ke kota.
Terdapat sekitar 1.000 unta yang berbaris untuk membawa tumpukan garam yang terletak di atas punuknya itu menuju Kota Berahile, yang terletak sejauh 80 km dan memakan waktu perjalanan selama 3 hari.
5. Sempat menolak modernisasi
Masyarakat Suku Afar menggunakan teknik tradisional saat menambang garam ini yaitu menggunakan kapak, lalu memotongnya menjadi lempengan besar hingga menyerupai ubin yang berukuran lebih kecil dengan berat sekitar 4 kilogram.
(Foto: Eric Lafforgue)
Lalu, garam dan mineral yang telah larut dalam air ini ditinggalkan sebagai lapisan padat. Tidak heran, jika garam di danau ini memiliki nilai yang sangat tinggi dan dapat dimanfaatkan sebagai mata uang pada masa itu.
Faktanya, karena kondisi tersebut mereka sempat menolak adanya modernisasi yang menggunakan alat dalam proses produksi garam ini. Sebab itu, mereka khawatir akan tergantikan dengan tenaga mesin itu.
Namun, kehidupan modern ini juga masuk di wilayah ini yang terbukti dari adanya truk besar untuk mendistribusikan garam, hingga terdapat jalanan beraspal untuk memudahkan akses perjalanan menuju lokasi tambang garam, meskipun hal ini dianggap dapat mengguncang produksi garam tradisional.
(Rizka Diputra)