Peti jenazah yang digoyang-goyangkan ini merupakan bentuk luapan emosi dan tanda kasih sayang dari keluarga yang ditinggalkan. Selain itu, barisan perempuan yang memegang kain merah memiliki arti berkabung.
Setelah diarak sambil digoyangkan keliling kampung, peti jenazah kemudian diletakkan di rakkaen yang merupakan tempat peristirahatan terakhir dari si jenazah.
Pada umumnya, sesaat sebelum ritual Ma'palao dimulai, terlebih dahulu akan dilakukan penyembelihan kerbau.

Setelahnya, akan dibunyikan sebuah gong yang menjadi tanda bahwa ritual telah dimulai. Ratusan warga yang turut serta diwajibkan untuk mengenakan baju berwarna.
Ritual Ma'palao beserta upacara pemakaman Rambu Solo' masih menjadi adat yang sangat lestari di Tana Toraja. Hal ini karena bentuk rasa hormat masyarakat Toraja pada para leluhur yang telah terlebih dahulu melakukan upacara tersebut.
(Rizka Diputra)