Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Disebut Berpotensi Jadi Pemicu Kanker Oleh WHO, Apa Itu Aspartam?

Wiwie Heriyani , Jurnalis-Minggu, 16 Juli 2023 |12:20 WIB
Disebut Berpotensi Jadi Pemicu Kanker Oleh WHO, Apa Itu Aspartam?
Aspartam (Foto: GTSP food)
A
A
A

BELUM lama ini heboh soal pernyataan WHO yang menyebut bahwa Aspartam memiliki kemungkinan sebagai zat karsinogenik, alias berpotensi menjadi penyebab kanker.

Namun, pernyataan terbaru ini hanya didasarkan pada tinjauan "bukti terbatas", sehingga tidak mengubah batas rekomendasi masyarakat dalam mengonsumsi asupan harian pemanis buatan, baik dalam produk makanan maupun minuman.

kanker

"Hasil kami tidak menunjukkan bahwa konsumsi sesekali menimbulkan risiko bagi sebagian besar konsumen," kata direktur Departemen Nutrisi dan Keamanan Pangan di WHO, Dr. Francesco Branca, saat konferensi pers di Jenewa, dilansir dari laman NPR.

Namun, Dr. Branca mengatakan, zat Aspartam menjadi ancaman bagi mereka yang menjadi "konsumen tinggi" soda diet atau makanan lain yang mengandung Aspartam.

“Dalam arti tertentu, kami telah mengibarkan bendera di sini," kata Branca, dan dia menyerukan penelitian lebih lanjut.

Meski begitu, Badan Pengawas Obat dan Makanan AS justru tidak setuju dengan pernyataan terbaru dari WHO tersebut. Hal ini menunjuk pada bukti keamanan yang telah mereka kaji sebelumnya.

Dalam pernyataan tertulisnya, seorang pejabat FDA mengatakan kepada NPR, bahwa Label peringatan dari WHO terkait kemungkinan Aspartam berpotensi karsinogenik bagi manusia, tidak berarti membuktikan bahwa kandungan tersebut sebenarnya berhubungan dengan kanker.

WHO sendiri telah lama menetapkan asupan harian yang dapat diterima, atau ADI, aspartam maksimal 40 miligram per kilogram berat badan per hari.

Jadi, seseorang dengan berat 60 kilogram (sekitar 130 pon), dapat mengonsumsi hingga 2.400 miligram per hari, yang kira-kira setara dengan 12 kaleng Diet Coke, alias jauh lebih tinggi daripada yang dikonsumsi kebanyakan orang.

Berdasarkan tinjauan dari tahun 2022 menunjukkan tidak ada konsensus yang jelas terkait apakah pemanis efektif untuk mengatur berat badan jangka panjang.

Saat ini WHO justru merekomendasikan penggunaan pemanis non-gula untuk mengontrol berat badan.

Penggunaan Aspartame sendiri disetujui untuk digunakan sebagai pemanis di AS sejak tahun 1974. Salah satunya pada produk Coca-Cola yang mulai memadukan pemanis buatan ke dalam Diet Coke pada tahun 1980-an. Saat itu, mereka juga mempopulerkan minuman nol kalori dengan kampanye iklan yang cukup masif.

Namun di balik popularitasnya, telah lama ada skeptis dan kritik dari sebuah penelitian kecil yang menunjukkan bahwa pemanis buatan dapat meningkatkan keinginan makan pada beberapa orang dan mengubah mikrobioma.

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Telusuri berita women lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement