Disebutkan bahawa Kuching sebenarnya bermaksud “Ku” yang artinya “Lama” dan “Ching” yang artinya “Telaga”. Apabila digabungkan maka akan memiliki arti “Sebuah Telaga Tua” yang dalam bahasa Cina adalah Kuching.
Pada generasi ketiga Brooke, yakni di tangan Charles Vyner Brooke yang memimpin pada 1917-1947, Kuching semakin maju. Pada 1941, kota ini juga menggelar perayaan 100 tahun pemerintahan kerajaan Brooke di Sarawak.
Berbagai upacara resmi dilakukan, dan pameran juga diadakan di sekitar pemukiman pedesaaan. Namun, beberapa tahun kemudian pemerintahan keluarga Brooke akhirnya runtuh ketika Jepang menduduki wilayah tersebut.
Setelah perang berakhir, Kuching dihidupkan kembali sebagai ibu kota Serawak, di bawah pemerintahan kerajaan Inggris Raya. Kota ini juga terus memperingati momen bersejarah ketika mereka lepas dari penjajahan Jepang.
(Salman Mardira)