Laporan “State of the World’s Fathers” yang dirilis Rutgers Indonesia pada 2015 juga menyebut budaya patriarki sebagai salah satu alasan ketidakhadiran ayah dalam perkembangan anak di Indonesia.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita bisa melihat kebanyakan para ayah di Indonesia ini diharapkan bekerja ke luar rumah untuk mencari nafkah dan memenuhi kebutuhan rumah tangga. Sementara, para ibu diwajibkan bertugas mengurus pekerjaan rumah tangga, termasuk anak-anak. Namun, jika ibu harus bekerja ke luar rumah –guna menambah pendapatan rumah tangga—ibu diharapkan tetap harus menunaikan tugas utamanya.
Peran-peran tersebut juga tertuang dalam UU Perkawinan. “Tidak mengherankan jika mayoritas ayah Indonesia menginternalisasi norma bahwa peran mereka dalam keluarga terbatas pada penyedia kebutuhan dan keuangan keluarga,” tulis Rutgers Indonesia.
Mengapa kehadiran Ayah menjadi penting dalam pertumbuhan anak? “Para ayah sudah seharusnya ikut terlibat aktif dalam tumbuh kembang anak!,” tegas dr. Gregory Gordon, salah satu pediatricians di Arnold Palmer Hospital for Children, Florida, seperti dilansir dari Healthline. Lebih lanjut, pakar tumbuh kembang anak ini menambahkan, “Jika terjadi ketidakseimbangan pengasuhan anak di rumah oleh orangtuanya, ini bisa menyebabkan masalah pada perkembangan psikologis anak.”
Apa yang terjadi kalau ayah tidak berperan dalam tumbuh kembang anak?
Jika ayah tidak hadir untuk anaknya, itu akan berdampak pada rendahnya harga diri si anak ketika dewasa, mudah marah, merasa malu karena menilai dirinya berbeda dengan anak lain.
Parahnya, anak bisa juga mengalami kondisi sulit menentukan pilihan, sulit mengendalikan risiko yang ada di depannya, pun kesejahteraan mentalnya bisa terganggu.
"Bahkan, pada anak perempuan yang mengalami fatherless, dia berisiko tinggi memiliki neurotik," ungkap laporan laporan Global Fatherless Children atau Fatherless Country. Neurotik adalah kondisi seseorang yang mengalami masalah terkait psikologis.
Satu studi pernah dilakukan dan didapatkan hasil bahwa anak laki-laki yang tidak cukup mendapat peran ayah saat anak-anak cenderung tumbuh menjadi anak yang rentan di-bully, memiliki komitmen yang rendah, dan kontrol emosinya bermasalah. Bahkan agresivitasnya meningkat.
Jadi, begitu penting peran ayah di rumah untuk anaknya. Ayah harus hadir dalam proses pengasuhan dan perkembangan anak guna mengoptimalkan tumbuh kembang si anak, demikian dikutip dari artikel Okezone, 23/5/2023.
Nah, jika saat ini Anda sudah berstatus jadi ayah atau akan menjadi ayah, sebaiknya segera introspeksi diri: Seberapa banyakkah Anda sudah atau akan berperan dalam tumbuh kembang anak Anda? Karena jika melihat dari kondisi saat ini, Indonesia sedang alami krisis peran ayah dalam perkembangan anak, ini saat tepat bagi Anda, seorang ayah untuk terlibat lebih aktif lagi dalam fase tumbuh kembang anak.
Cara mudah yang bisa Anda lakukan adalah luangkan waktu sejenak di pagi hari sebelum berangkat kerja ke kantor atau malam hari usai bekerja untuk berbicara atau ngobrol dengan anak. Bermain atau jalan-jalan bersama anak di akhir minggu, juga bisa membantu Anda menjalin kedekatan dengan anak-anak di rumah. Ingat ya, kini urusan rumah tangga dan juga tumbuh kembang anak bukan lagi kewajiban utama seorang ibu. Justru ketika Anda mau ikut terlibat atau membantu istri dalam mengurus rumah tangga, di situlah Anda bisa menunjukkan kualitas seorang pria sejati yang sebenarnya: pria yang bertanggung jawab, melindungi dan penuh cinta untuk keluarganya. (KEM)
(Dyah Ratna Meta Novia)