Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Sejarah Cinere Depok, Bekas Tanah Partikelir Belanda Kini Jadi Pusat Ekonomi

Sri Latifah Nasution , Jurnalis-Selasa, 21 Februari 2023 |13:00 WIB
Sejarah Cinere Depok, Bekas Tanah Partikelir Belanda Kini Jadi Pusat Ekonomi
Tol Cinere-Serpong. (Foto: Jasa Marga)
A
A
A

CINERE nama yang populer terutama di kalangan penyuka sinetron 'Si Doel Anak Sekolahan' yang sangat hits di era 90-an. Mereka pasti hafal dengan teriakan khas Mandra "Cinere Gandul, Cinere Gandul..!" saat memanggil para penumpang untuk naik oplet dikendarai Si Doel. Ya, oplet itu memang beroperasi di rute Cinere-Gandul.

Cinere merupakan salah satu kecamatan sekaligus pusat ekonomi di Kota Depok, Jawa Barat. Sedangkan Gandul adalah kelurahan di Cinere. Banyak orang mengira Cinere --dulu disebut Tjinere-- bagian dari Jakarta karena letaknya berdekatan dengan Kecamatan Pasar Minggu dan Cilandak, Jakarta Selatan.

Perihal keberadaan Cinere pernah muncul dalam artikel di surat kabar Bataviaasch Nieuwsblad yang terbit pada 24 Juni 1916.

 BACA JUGA:8 Destinasi Wisata Menarik di Sekitar Taman Nasional Ujung Kulon Banten

Mengutip dari blog sejarah Postaha Depok, artikel di Bataviaasch Nieuwsblad itu tampaknya ditulis sehubungan dengan Land Tjinere semakin penting dalam pertumbuhan industri perkebunan. Dalam artikel ini terungkap berbagai keterangan yang terkait dengan asal-usul Land Tjinere.

Berdasar informasi dalam artikel tersebut, Cinere merupakan lahan milik Sersan Mayor St. Martin.

 Ilustrasi

Oplet rute Cinere-Gandul dalam sinetron Si Doel Anak Sekolahan. (Okezone)

Tanah tersebut diberikan oleh pemerintah Hindia Belanda kepada St. Martin atas jasanya mengendalikan kekacauan di Banten oleh Kapten Jonker tahun 1689. Ini tentunya menambah kekayaan St. Martin yang sudah ada di Bekasi, yaitu perkebunan tebu dan pabrik tebu.

St. Martin juga memiliki lahan lain di Batavia yang disebut Land Majoor (sekarang Kemayoran).

 BACA JUGA:Sangat Menjanjikan, 5 Kampung di Kepulauan Yapen Papua Siap Jadi Destinasi Agrowisata

Pada 14 April 1696, St. Martin dikabarkan meninggal karena sakit yang dideritanya. Ia meninggal dalam status lajang dan tidak memiliki keturunan.

Kepemilikan lahan beralih pada Raden Adipati Aria Soeria Diredja, seorang Sergeant Van Chirebon. Ini diketahui dari iklan penjualan di koran Bataviaasch Nieuwsblad. Dalam iklan tersebut tertulis bahwa pada Sabtu 4 Maret 1899, di Kantor Pelelangan di Buitenzorg dua hamparan lahan, yaitu Pangkalan Djati, Tjinere, Tanah Baroe, Krokot atau lebih dikenal dengan Tanah Partikelir Tjinere dijual pada publik.

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita women lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement