“Menurut kami jenis stres yang paling terkait dengan keguguran adalah stres kronis, dari hal-hal seperti trauma, rasisme struktural dan ketidakadilan, kekerasan, dan kemiskinan,” kata Dr. Arianna Cassidy, spesialis kedokteran ibu-janin di Departemen Kesehatan Obstetri & Ginekologi di University of California, San Francisco, mengutip dari Healthline.
Meski data menunjukkan bahwa orang hamil yang mengalami stres lebih mungkin mengalami keguguran, namun belum diketahui secara pasti bagaimana stres dapat secara langsung menyebabkan keguguran. Stres, dan pengaruhnya dikatakan sangat sulit untuk diukur.
“Sangat sulit untuk mempelajari stres dan pengaruhnya terhadap kehamilan, karena stres adalah konsep yang luas,” tambah dr. Arianna
Dijelaskan lebih lanjut, dari penelitian menunjukkan bahwa stres psikis memang bisa mengganggu banyak fungsi tubuh. Mulai dari kesehatan metabolisme, fungsi kekebalan, dan sistem pembuluh darah. Hormon stres, seperti kortisol, kemungkinan juga punya efek langsung pada kesehatan plasenta.
Stres juga dapat menghambat produksi progesteron, yakni hormon yang diperlukan untuk kehamilan yang sehat. Diketahui, bahwa kadar progesteron yang rendah dikaitkan dengan keguguran.
Dokter Cassidy menambahkan, stres bisa memengaruhi kesehatan dengan cara lain, seperti mengubah pola tidur, mengubah pola hidup sehat, mengubah cara makan seseorang dan membuat orang jadi cenderung minum alkohol.
(Rizky Pradita Ananda)