Begitu juga saat terpaksa memberikan anak susu formula. Orangtua masih banyak yang memakai botol kemasan atau air dari galon. Kedua benda tersebut diketahui masih mengandung BPA.
"BPA bisa larut dalam air, bayangkan juga prosesnya, air kemasan ini diambil dari pegunungan, lalu masuk ke pabrik, pas pengiriman juga bisa kena paparan sinar matahari. Lalu dijual di toko, minimarket atau supermarket dalam jangka lama," tambahnya.
Di samping itu, Nia juga berharap agar pemerintah bisa tegas dalam mengatur kemasan yang mengandung BPA.
Dari sisi kesehatan, Spesialis Anak dr. Irfan Dzakir mengungkap bahwa toksisitas BPA menimbulkan berbagai penyakit. Sudah banyak studi yang membuktikan hal tersebut, dan untuk mencegahnya dibutuhkan regulasi preventif yang menjauhkan masyarakat dari bahaya BPA.
“BPA terdapat di seluruh bagian tubuh dan sudah banyak studi membuktikan bahwa bahaya BPA terkait dengan gangguan hormonal, kanker, penyakit saraf dan obesitas,” terangnya.
Ada juga hubungan yang kuat antara paparan BPA dan gangguan perilaku manusia, terutama pada anak-anak. Upaya preventif pun perlu dilakukan. Seperti menghindari penggunaan produk mengandung BPA dan memberikan ASI secara langsung, mengurangi konsumsi makanan pada kemasan plastik, dan tidak memanaskan makanan dalam kemasan plastik di microwave.
(Martin Bagya Kertiyasa)