Secara detail, dr Nina coba menjelaskan kedua jenis metode persalinan dalam situasi pandemi. Berikut penjelasannya:
1. Persalinan normal

Ibu hamil yang akan melahirkan normal, menurut dr Nina, akan diarahkan untuk skrining Covid-19 menjelang indikasi adanya tanda-tanda pembukaan pada sang ibu. Jika hasil screening Covid-19 yang keluar tidak teridentifikasi Covid-19, maka persalinan normal bisa dilakukan tanpa protokol Covid-19.
Tapi, jika hasilnya terdapat indikasi mengarah kepada suspek Covid-19, maka persalinan akan diarahkan untuk ke operasi caesar dengan protokol Covid-19.
"Risiko proses persalinan normal pada ibu yang terindikasi Covid-19 lebih besar karena ibu akan mengejan saat persalinan dan droplet dapat dengan mudah tersebar, baik ke si bayi maupun ke tenaga medis yang terlibat di proses persalinan," papar dr Nina.
Dia menambahkan, jika pasien baru melakukan skrining Covid-19 di detik-detik persalinan dan terpaksa melakukan persalinan secara normal dari kondisi sang ibu (misal pembukaan terjadi sangat cepat dalam satu hari), maka rumah sakit akan melakukan tindakan persalinan normal dengan protokol Covid-19.
"Jadi, nanti akan diberikan tirai atau sekat standar medis di tengah badan untuk memisahkan bagian atas dan bagian bawah badan si ibu sehingga risiko penyebaran droplet saat si ibu mengejan dapat terminimalisir," tambah dr Nina.
2. Persalinan operasi caesar
Ibu hamil yang akan menjalani persalinan dengan cara operasi caesar wajib skrining Covid-19 paling tidak seminggu sebelum operasi dilaksanakan. Alasannya pun serupa dengan ibu yang akan melahirkan melalui proses normal, demi keselamatan bersama.
Jika skrining Covid-19 menyatakan ada indikasi ke arah Covid-19, maka operasi caesar pun akan dijalani sesuai protokol Covid-19. Jika hasil skrining tidak terindikasi Covid-19, maka operasi caesar dilakukan seperti biasa namun seluruh tim medis dan perawat akan menggunakan APD standar pasien non Covid-19. "Ini semua dilakukan demi menjaga keselamatan bersama," terang dr Nina.
(Dewi Kurniasari)