Lantas, bagaimana tata cara memandikan keris ini? Hal pertama yang dilakukan Nasib adalah mengucap niat dan doa sebelum melakukan pekerjaannya itu. Dia sendiri mengaku tak ada mantra khusus yang digunakan di malam 1 Suro.
"Jadi, keris diangkat dan ditempatkan di tempat cuci. Setelah itu, gosokkan jeruk nipis ke semua bagian keris untuk memastikan tak ada lagi karat di sana. Setelah itu sikat dengan sabun cuci. Kalau sudah, masukkan kembali keris ke larutan air kelapa muda," papar Nasib.
"Saya mengucap doa seperti Bismillah, salawat, dan syahadat. Tidak ada pakai mantra-mantra khusus," ungkapnya.
Setelah itu, baru kemudian memastikan apakah masih ada karat atau tidak di keris. Jika masih, maka keris harus direndam di dalam wadah berisi air kelapa hijau muda dan kembang 7 rupa. Jika keris sudah dipastikan tak ada lagi karat, maka masuk ke tahapan selanjutnya yaitu menyucinya dengan jeruk nipis dan sabun cuci.
Proses selanjutnya ialah mencelupkan keris ke dalam cairan warangan. Cairan ini berwarna hitam yang terbuat dari perasan jeruk nipis dengan arsenik. Fungsi warangan sendiri menurut Nasib adalah agar pemor atau motif si keris bisa kembali muncul dan keris kembali berwarna hitam pekat. Cairan ini menjadi kunci dari proses jamasan secara keseluruhan.
Sebab, jika warangan tidak dalam kondisi baik, maka warna hitam yang sudah muncul di keris akan luntur setelah dibilas dengan air mengalir. Makanya, proses penyimpanan warangan sangat spesial. "Cairan itu nggak boleh sama sekali tercampur dengan cairan lain bahkan puntung rokok. Jika terjadi, nanti hasil penyucian keris akan gagal," tegasnya.