Tubuh tidak dapat pulih dari tingkat kerusakan dan membutuhkan waktu untuk sembuh dengan sendirinya.
“Terutama di paru-paru, proses penyembuhan ini dapat menyebabkan jaringan parut ireversibel (Fibrosis) yang dapat sangat memengaruhi fungsi paru-paru dalam jangka panjang,” terang Gates.
Hilangnya kapasitas paru-paru bisa menimbulkan sesak napas hingga kebutuhan oksigen jangka panjang. COVID-19 juga bisa memberikan tekanan besar pada hati manusia. Selain itu demam yang sangat tinggi dari COVID-19 akan melemahkan jantung dan meningkatkan risiko kelainan seperti pembekuan darah.
Spesialis Penyakit Dalam dan Paru di Lenox Hill Hospital, New York, Len Horovitz mengharapkan bahwa beberapa orang yang berjuang melawan COVID-19 dalam kondisi parah akan menimbulkan aritmia jantung, gagal jantung kongestif dan miokarditis atau perikarditis (Radang otot jantung).
Oleh sebab itu sangat penting untuk mengetahui seberapa parah sesoerang menderita COVID-19. Orang dengan gejala yang lebih ringan mungkin tidak akan memiliki dampak yang besar terhadap kesehatannya.
“Jika anda memiliki kasus ringan, maka Anda tidak akan memiliki masalah jaringan parut atau pernapasan dalam jangka panjang,” terang Horovitz.
Secara umum para ahli kesehatan memprediksi semakin sedikit peradangan yang dialami pasien maka akan semakin sedikit efek jangka panjang yang mereka miliki. Infeksi pernapasan lain yang sedikit mirip dengan COVID-19 yakni SARS dan MERS diketahui memiliki efek penyakit yang bertahan lama.