Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Salut, Kisah Anak Autis yang Bisa Kuliah dan Mencipta Karya Luar Biasa

Muhammad Sukardi , Jurnalis-Selasa, 02 April 2019 |15:45 WIB
Salut, Kisah Anak Autis yang Bisa Kuliah dan Mencipta Karya Luar Biasa
Kisah anak autis (Foto:Foxnews)
A
A
A

Kondisi ini dialami Vania di usianya yang masih 6 tahun. Waktu terus berjalan dan adiknya terus menunjukan sikap yang berbeda. Dia main hiperaktif dan beberapa kali ngamuk-ngamuk. Dia pun menceritakan jadi "sarang" amukan tersebut.

Dipukul, dicakar, dijambak, dicubit, dilepehin, dan banyak hal lainnya adalah makanan sehari-hari Vania. "Itu biasa," ungkapnya.

Sebagai bentuk dukungan, Vania sering menemani ibunya terapi. Jakarta-Tangerang dia jabanin 3 kali dalam seminggu. Itu semua demi terapi adiknya.

"Kalau ditanya; Lo pernah kecewa nggak punya adik kayak gitu? Ya, namanya anak kecil, ya, pasti pernah bilang 'Adekku aneh nggak bisa diajak main dan lebih sering main sama anak tetangga jadinya. Tapi, ibu yang akhirnya minta aku untuk main sama adik aku. Tapi, karena aku dulu ngerasa dia berbeda, ya, akhirnya aku kabur ke rumah tetangga," cerita Vania.

Baca Juga:

Komentar Julid soal Bando Syahrini yang Harganya Rp 5 Juta

Cewek Ini Viral Setelah Jiplakan Air Susunya Bocor saat Dibonceng Motor

Di momen kabur itu, ada kisah menyedihkan. Anda mesti tahu, saat Vania kabur, ternyata sang adik suka diam-diam ngikutin dia dari belakang. Momen itu baru disadari Vania saat rumah tetangganya ramai dengan teman-teman SD-nya. Seketika, ada suara teriak-teriak dan pas dilihat itu ternyata adiknya.

"Semua tahu kalau itu adik saya dan semua akhirnya membully saya detik itu juga dan saya kemudian marah besar ke mereka sampai akhirnya kita musuhan dari kelas 3 sampai 6 SD," tutur Vania.

Alasan Vania mau musuhin teman-temannya jelas, dia benci dengan mereka yang membully adiknya. Menurut penuturan Vania, hatinya udah remuk dengan keadaan adiknya autis dan ditambah lingkungan tidak menerima adiknya. Tapi, ibunya lagi-lagi yang selalu menguatkan dia. Ibunya selalu menasihati untuk sabar karena teman-temannya nggak tahu keadaan adiknya. Diwajarkan saja.

"Kalian pastu tahu dan percaya kan kalau Tuhan menciptakan manusia pasti ada kelebihan dan kekurangannya? Nah, pas umur adik saya 6 tahun, dia kelihatan menyukai dunia lukis dan bakat itu diketahui teman ibu saya yang juga seniman. Godspeed! Benar nyata adanya," cerita Vania.

Vania menjelaskan kalau kebisaan adiknya dalam dunia lukis terlihat saat adiknya suka "coret-coret" lantai dan itu juga adalah media pertama baginya melukis. Setelah lantai, sang adik pindah ke tembok, ke kertas, kancas, dan akhirnya sekarang media digital.

"Luar biasa, puji Tuhan, dia sering juara di tingkat provinsi sampai nasional. Semacam kompetisi FLS2N gitu dan event-event lainnya pun selalu juara," bangga Vania.

Rasa syukur itu belum berhenti di sana, Vania juga menjelaskan kalau adiknya sekarang sedang kuliah semester akhir jurusan DKV. Hal yang tentunya menjadi mimpi terbesar dia sejak lama dan dia sendiri yang akhirnya mewujudkan mimpi tersebut. Adik Vania kuliah di London School Beyond Academy by LSPR Jakarta.

Rasa bangga tersebut, sambung Vania, mengalahkan cibiran orang mengenai dia dan adiknya. Rasa bangga tersebut menutupi semua amarah yang dilontarkan ke keluarganya. Rasa bangga itu memaafkan semua tindakan keji orang ke adiknya.

"Saya bangga dengan adik saya dan saya tahu dia pun sayang dengan saya tentu dengan caranya sendiri," pungkas Vania bangga. So, Happy World Autism Awareness Day! Semoga makin banyak orang yang memahami kondisi ini dan tidak menggunakannya sebagai bahan hinaan.

(Santi Andriani)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita women lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement