Meski tidak menggunakan batik asli Semarang, Yunius mengatakan bahwa desain dan visualisasi bulu burung blekok sudah merepresantasikan ciri khas daerah asalnya. Dari 6 koleksi tersebut, ada satu koleksi yang berhasil membuat para penonton berdecak kagum.
Tampilannya memang masih menonjolkan kesan tradisional yang sangat kental. Namun, detail aksen asimeteris dan pemberian layer pada bagian kanan kebaya menjadi daya tarik tersendiri.
Koleksi inilah yang kemudian menjadi salah satu bukti bahwa Yunius telah sukses mengkreasikan kain tradisional hingga menyuguhkan tampilan yang lebih modern dan kekinian.
“Biasanya kan kebaya itu pakai ekor, saya memilih menggunakan layer di bagian kanan untuk variasi dan menciptakan kesan modern,” ungkapnya.
Lebih lanjut, berbicara soal bahan dan detail, ia mengatakan bahwa koleksinya kali ini lebih banyak menggunakan bahan lace, batik, kain prada, hingga kain tile. Untuk urusan detail, Yunius juga tidak mau main-main.
“Jujur saja, saya lebih mengutamakan detail. Bagaimana mengemas busana dengan detail yang rapih itu adalah tantangan tersendiri untuk saya. Bisa dilihat dari penggunaan bahan 3D, payet-payet, kristal, mutiara, bunga, dan bulu-bulu tadi,” tegasnya.