Naomi tetap bekerja sebagai seorang chef namun melakukan sedikit perubahan. Dari yang seharusnya bekerja selama 90 jam seminggu, dia memotongnya menjadi 45 jam. Selain itu, untuk mencicipi rasa makanannya, ia meminta bantuan stafnya untuk menilainya.
"Ini adalah cintaku, ini adalah hidupku, bukan hanya sekadar pekerjaan bagiku. Saya sudah melakukannya secara profesional selama 20 tahun dan banyak bergantung pada ingatan untuk rasanya. Saya dapat memiliki ide tetapi ketika datang untuk menyelesaikan makanan, itu lebih sulit," ujar Naomi.
Dirinya berhasil membuktikan bahwa keterbatasannya mencicipi makanan bukanlah halangan. Pada Juni lalu ia mengikuti kompetisi Foodservice Chef of the Year dan berhasil berada di posisi keempat dari 200 orang peserta. "Hal ini menunjukkan satu hari saya bisa berada di kemoterapi dan hari berikutnya dapat menjadi runner up di kompetisi. Chef tidak lemah, bahkan jika itu karena kanker. Kita adalah golongan yang cukup tangguh," pungkas Naomi.
(Helmi Ade Saputra)