APAKAH Anda punya masalah mental sama seperti yang dialami orangtua? Misalnya ada ketakutan pada benda tertentu atau pada kondisi tertentu?
Kalau begitu, pernyataan bahwa ketakutan atau trauma bisa menjadi masalah turunan adalah benar. Hal itu juga dikuatkan oleh penelitian yang baru-baru ini dipublish. Penelitian itu menjelaskan bahwa trauma orangtua bisa memengaruhi gen Anda saat dilahirkan dan terus ada sampai Anda tumbuh.
Lebih jelasnya, penelitian itu mengungkapkan efek dari trauma masa kecil orangtua dapat diturunkan ke generasi mendatang, menurut sebuah studi baru yang diterbitkan pada 29 November di jurnal medis JAMA Psychiatry.
Studi ini dilakukan oleh para peneliti di National Institutes of Health (NIH), serta peneliti di Universitas Uppsala di Swedia, dan Universitas Helsinki di Finlandia.
Baca Juga:
Para peneliti mempelajari kesehatan mental anak-anak yang orangtuanya dievakuasi sebagai anak-anak dari Finlandia selama Perang Dunia II, dan menemukan trauma yang dialami orangtua saat remaja secara langsung memengaruhi anak-anak mereka - terutama anak perempuan.
Peneliti juga mempelajari anak-anak orang Finlandia yang tidak dievakuasi selama Perang Dunia II, namun tetap berada di rumah mereka. Menurut penelitian tersebut, pengungsi perempuan dan anak perempuan memiliki risiko lebih tinggi untuk dirawat di rumah sakit karena gangguan mood kejiwaan bila dibandingkan dengan wanita Finlandia yang tidak dievakuasi dan anak-anak mereka.
Sebenarnya, anak perempuan pengungsi Finlandia berusia di atas empat kali lebih mungkin dirawat di rumah sakit karena masalah kesehatan mental - apakah ibu mereka dirawat di rumah sakit atau tidak. Menariknya, penelitian ini tidak menemukan peningkatan risiko bagi anak-anak pengungsi.
Antara tahun 1941 dan 1945, ribuan anak dikirim untuk tinggal di Swedia dan negara-negara tetangga untuk menghindari bahaya perang seperti pemboman, malnutrisi, dan potensi bahaya lainnya.
Namun, sementara pengungsi lolos dari bahaya fisik tersebut, mereka menghadapi trauma psikologis yang lebih besar karena harus meninggalkan orang tua mereka, belajar bahasa baru, dan beradaptasi dengan budaya baru.