Selain hanya berjualan pagi hingga siang, warung soto H Djadja juga libur saat Jumat. Tidak perlu mahal merogoh kantong untuk menikmati semangkuk soto kental gurihnya, rata-rata hanya Rp20.000 saja, tergantung seberapa banyak daging bagian kepala sapi hingga paru dan jeroan yang dipilih dan apakah menambahkan perkedel. “Sehari untuk soto, saya habiskan 15 kg daging, kalau Sabtu Minggu bisa lebih,” ucap Sunardi. Menurutnya, metode masak turut memengaruhi rasa soto khas yang dibuatnya dari resep turunan. Di antaranya, dagingnya dibumbui kuning kunyit dan direbus menggunakan kayu bakar.
Daging bagian kepala pun agar empuk direbus sekitar 4 jam, tergantung tua mudanya daging. Bila tidak bisa mencicipi kuah soto yang begitu kental dengan santan, soto bening yang juga masih di seputaran Bogor bisa menjadi pilihan. Di warung Soto Mang Bonin di Jalan Semeru, salah satunya terkenal dengan soto yang rasanya lebih ringan. Menggunakan potongan daging sapi, kroket risol, bersama kaldu sapi bening, tambahan seledri daun bawang menambah aroma tersendiri. Menikmatinya bisa menggunakan nasi, tersedia tambahan kerupuk emping dan perkedel bagi pelanggan yang suka.
BACA JUGA:
Warung Soto Mang Bonin buka sejak pukul 07.00- 14.00, menjelang akhir waktu makan siang. Berjualan sejak 1987, dalam sehari soto bening ini bisa menghabiskan hingga 25 kg daging sapi bagian kepala dan 12 kg kroket risol. “Disini soto beningnya beda karena orang-orang menanyakan kroket risolnya, tadinya berjualan di Jalan Semboja,” sebut Rika Anjani, generasi ke-2 yang menjalankan Warung Soto Mang Bonin.
(Santi Andriani)