Fakta menarik lainnya, hidangan unik ini justru dinamai oleh orang-orang Belanda yang datang ke Tanah Air. "Jadi waktu itu mereka menamakan makanan ini dengan sebutan semur. Menurut mereka, semur adalah daging yang dimasak hingga empuk lalu dicampurkan dengan bumbu manis. Uniknya, di Indonesia makanan ini sering dimasak menjelang hari besar Islam," jelasnya.
Ketika ditanya apakah hidangan ini layak diklaim sebagai budaya asli Indonesia, Rizal memberikan sebuah jawaban yang sangat menarik.
Menurutnya, makanan merupakan sebuah artefak bukan arsip. Mereka menyimpan sejarah pertemuan bangsa-bangsa yang dipresentasikan dalam sebuah rasa.
"Yang harus kita lakukan bukanlah mengklaimnya, tetap merayakan sebuah maha karya besar agar terus dilestarikan. Apalagi makanan seperti semur merupakan hasil pertemuan 3 bangsa sekaligus. Selama ini kita menempatkan makanan sebagai produk budaya, dan hanya dijadikan sebagai objek maknyus-maknyusan hingga ajib-ajiban saja," pungkasnya.
(Santi Andriani)