3. Prancis
Di Prancis, puncak perayaan Natal justru berlangsung pada 6 Januari, bertepatan dengan Hari Epifani yang memperingati kunjungan Tiga Raja kepada bayi Yesus. Tradisi ini dirayakan dengan menyantap Galette des Rois, kue berlapis frangipane yang biasanya dijual lengkap dengan mahkota kertas. Di dalam kue tersebut tersembunyi fève, pernak-pernik kecil dari keramik. Siapa pun yang mendapatkannya dipercaya menjadi “raja” atau “ratu” sehari penuh. Menurut UNToday, tradisi ini berakar dari Roma Kuno, ketika seorang raja dipilih secara acak dalam festival Saturnalia.
4. Yunani
Berbeda dengan banyak negara lain, simbol Natal tradisional di Yunani bukanlah pohon, melainkan perahu kecil yang disebut karavaki. Media pemerintah Yunani, Greek News Agenda, mencatat bahwa pohon Natal baru dikenal di Yunani sejak 1833. Sebelumnya, masyarakat Yunani menghias perahu sebagai simbol kedekatan mereka dengan laut dan para pelaut. Biasanya, perahu ini mulai dihias pada 6 Desember, bertepatan dengan hari Santo Nicholas, santo pelindung para pelaut. Yunani juga memiliki legenda tentang makhluk nakal bernama Kallikantzaroi, yang dipercaya muncul selama 12 hari Natal untuk mengganggu manusia.
5. Polandia
Di Polandia, Malam Natal tidak lengkap tanpa opłatek, wafer tipis berbahan tepung terigu putih. Pemerintah Polandia menyebutkan, tradisi ini telah berlangsung selama berabad-abad dan paling erat kaitannya dengan perayaan Malam Natal. Sebelum menyantap opłatek, anggota keluarga saling berbagi harapan dan doa. Wafer ini melambangkan pengampunan, rekonsiliasi, persahabatan, serta cinta, menjadikan Natal sebagai momen refleksi dan kebersamaan yang mendalam.
(Rani Hardjanti)