JAKARTA - Riset menunjukkan peningkatan risiko kematian setelah pasangan meninggal, paling besar terjadi dalam tiga bulan pertama setelah kehilangan tersebut.
Para peneliti menemukan bahwa rata-rata, para istri atau suami yang berpulang, lebih mungkin meninggal dibandingkan orang-orang yang pasangannya masih hidup.
Efeknya paling kuat terjadi dalam tiga bulan pertama setelah pasangan meninggal, ketika mereka memiliki risiko kematian sebesar 66%.
Meskipun penelitian sebelumnya menemukan bahwa pria menghadapi risiko lebih besar daripada wanita untuk meninggal segera setelah pasangannya meninggal, penelitian ini tidak menemukan perbedaan.
Temuan yang dipublikasikan di Jurnal Kesehatan Masyarakat ini didasarkan pada data dari studi Kesehatan dan Pensiun Universitas Michigan, yang mensurvei lebih dari 26.000 warga Amerika berusia di atas 50 tahun setiap tahun. Para peneliti mengamati 12.316 partisipan, yang menikah pada tahun 1998 hingga 2008.
Belum jelas apa yang menyebabkan peningkatan risiko kematian akibat kehilangan pasangan. Namun, ada mekanisme yang berkaitan dengan kesedihan, atau bahwa merawat pasangan yang sakit menyebabkan pasangan yang ditinggalkan sakit, atau bahwa, ketika pasangan seseorang semakin sakit, pasangan yang ditinggalkan berhenti menjaga kesehatannya sendiri.
(Rani Hardjanti)