• Guatemala, yang masih jarang dijamah tapi menawarkan pengalaman autentik;
• Serta negara-negara Nordik seperti Norwegia dan Finlandia yang berhasil menyeimbangkan pariwisata dan keberlanjutan.
“Negara-negara yang tumbuh dengan hati-hati dan melindungi alamnya—seperti Irlandia atau Finlandia—adalah contoh bagaimana kesejahteraan dan pertumbuhan bisa berjalan bersama,” ujarnya.
Paul memprediksi Artificial Intelligence (AI) akan semakin membentuk wajah perjalanan luksus di tahun-tahun mendatang.
“AI akan memimpin cara orang meneliti, merencanakan, dan bahkan mempersonalisasi perjalanan mereka,” katanya.
Selain itu, model langganan jet pribadi (private jet subscription) juga akan menjadi tren di 2026, karena semakin banyak wisatawan memilih kenyamanan dan fleksibilitas untuk terbang langsung ke destinasi eksklusif.
Namun, bagi Paul, inti dari perjalanan tetaplah emosi. “Indonesia punya potensi besar jika bisa mengangkat sisi emosional perjalanan—apa yang kita bawa pulang dari perjalanan itu, bukan hanya foto atau oleh-oleh,” katanya.