3. Kenali Topping yang Pas
Soal topping, Owens punya filosofi sederhana, less is more. Apalagi jika kamu menyantapnya mentah.
“Cukup tambahkan sedikit lemon, saus mignonette klasik, atau saus pedas fermentasi,” sarannya.
Jika kamu menikmati oyster yang dipanggang, barulah bisa lebih bereksperimen. Yang penting, sesuaikan dengan selera pribadi.
“Saat dipanggang, oyster cocok dipadukan dengan butter bawang putih, potongan bacon asap, atau bahkan butter kimchi,” ujarnya.
Mungkin kamu pernah dengar mitos bahwa oyster hanya aman dimakan di bulan yang berakhiran huruf “R”, seperti September hingga April.
Namun menurut Owens, aturan ini sudah usang dan berasal dari masa sebelum teknologi pendingin ditemukan. Yang penting, selalu cek kesegarannya dengan cara mencium aromanya.
“Dulu, oyster lebih berisiko dimakan saat cuaca panas karena belum ada lemari es. Tapi sekarang, dengan sistem pendingin dan praktik budidaya modern, oyster bisa dinikmati dengan aman sepanjang tahun,” ungkapnya.
“Oyster segar akan tercium seperti udara laut yang bersih. Kalau baunya seperti ember umpan yang dipanggang matahari, jangan dimakan,” tegas Owens lagi.
Chef Owens percaya, oyster adalah pengalaman rasa yang unik dan bisa dinikmati siapa saja, asal tahu cara menikmatinya. Kuncinya, jangan terburu-buru, pilih jenis yang lembut dan topping yang tidak menutupi rasa aslinya.
Cobalah perlahan, mulai dari oyster kecil seperti Kumamoto dengan lemon segar. Perlahan-lahan, kamu bisa menjelajah rasa dan tekstur dari berbagai jenis oyster lainnya, hingga akhirnya kamu bisa memesan seperti seorang ahli.
(Kemas Irawan Nurrachman)