JAKARTA - Media sosial saat ini bukan hanya orang dewasa saja yang menggunakan, tetapi remaja hingga anak-anak bisa mengakses platform online tersebut. Media sosial memang memiliki sejuta manfaat, terutama dalam mengakses pembelajaran yang serba digital. Namun, disinilah peran orangtua sangat dibutuhkan untuk memantau anak-anaknya, agar tidak mengganggu kesehatan mental mereka.
Media sosial jika digunakan dengan tidak tepat sangat mempengaruhi kesehatan mental pada anak-anak hingga remaja.
“Sebegitu beratnya pengaruh media sosial terhadap kesehatan mental. Dengan adanya media sosial, bullying itu menjadi 24 jam,” ungkap dr Rizky Aniza Winanda SpKj selaku Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa RS Hermina Jatinegara dalam wawancara kepada Okezone.
Ketika seorang anak diberi izin untuk bermain media sosial, maka harus memikirkan dan dipersiapkan dengan matang. Orangtua perlu memantau dengan penuh aktivitas yang dilakukan oleh anak mereka karena ditakutkan sang anak terpapar dengan konten-konten yang tidak pantas untuk dilihat, risiko terkena cyberbullying hingga kecanduan bermain media sosial.
“Fondasinya harus dibangun dari rumah, jadi betul tuh kan sudah ada batas-batasan screen time, bagaimana cara mengawasi, sejauh mana kita terlibat dalam kehidupan anak-anak kita,” ungkapnya.
Bukan hanya memantau, namun perlu untuk membangun hubungan kedekatan dengan anak agar mereka bisa lebih percaya dan terbuka dengan orangtua.
“Harus membiasakan mereka bercerita, membuat mereka merasa aman. Biasanya yang membuat anak menjadi tertutup adalah mereka sudah bercerita, tapi terus kita, kamu jangan kaya gitu atau jangan gini, akhirnya kita jadi menghakimi sehingga dia merasa jadi nggak aman untuk bercerita ke kita,” tegasnya.
Dr Rizky Aniza Winanda juga menyarankan sebaiknya anak diperkenalkan dunia teknologi di atas pra remaja atau usia peralihan antara masa anak-anak dan masa remaja. Tetapi, perlu dicatat bahwa semuanya tergantung pada kebutuhan sang anak, misalnya kebutuhan untuk belajar, sekolah, berkomunikasi dengan orangtua dan kebutuhan-kebutuhan lainnya.
"Sebaiknya anak diberikan gadget saat memasuki SMP, namun tetap perlu pengawasan penuh dari orangtua," tutupnya.
(Kemas Irawan Nurrachman)