Melansir situs britannica, perayaan liturgi Jumat Agung pun telah mengalami berbagai perubahan selama berabad-abad. Di Gereja Katolik Roma misa tidak dirayakan pada hari Jumat Agung, meskipun liturgi dilakukan. Tidak seperti Natal dan Paskah, yang telah memperoleh banyak tradisi sekuler, Jumat Agung, karena konotasi religiusnya yang intens, tidak mengarah pada kebiasaan yang ada dan praktik sekuler.
Terlepas dari namanya, Jumat Agung adalah hari untuk refleksi yang suram. Setiap hari Jumat sebelum Paskah, orang Kristen dan Katolik dengan sungguh-sungguh menghormati cara Yesus menderita dan mati untuk dosa-dosa mereka.
Mereka mungkin menghadiri kebaktian yang menceritakan penyaliban Yesus yang menyakitkan, dan beberapa bahkan menahan diri untuk tidak makan untuk menunjukkan kesedihan mereka. Menurut Catholic.org, gereja-gereja Katolik tidak memasang hiasan dalam altar mereka dan tidak membunyikan lonceng sebagai tanda berkabung.
(Martin Bagya Kertiyasa)