Tujuh ragam kacang ini diketahui lebih lanjut sebagai simbol atas doa, agar hidup dari hari ke hari senantiasa penuh berkah dan kelancaran.
Menurut keterangan pemerhati budaya Jawa, Arie Novan, bubur suro yang konon kabarnya sudah jadi tradisi sejak jaman Sultan Agung memimpin tanah Jawa ini, disajikan sebagai lambang rasa syukur masyarakat kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala nikmat rezeki yang telah diperoleh.
Sajian bubur suro saat ini, biasanya masih bisa ditemukan dalam perayaan malam 1 Suro di beberapa wilayah Jawa Timur, contohnya Madura, dan sebagian Jawa Tengah misalnya Yogyakarta, Solo, hingga Semarang. Demikian sebagaimana dihimpun dari berbagai sumber.
(Martin Bagya Kertiyasa)