Agung merasakan dampaknya. Tadinya ada beberapa mobil di Kemandoran, beberapa tanah dan aset lainnya yang dikumpulkan dengan susah payah, harus dijual demi menghidupi karyawan sekaligus mempertahankan bisnis yang telah direntas 20 tahun lebih.
Ia harus rela banyak berjalan kaki ke sekolahnya, bahkan naik angkutan umum mengunjungi outlet-nya untuk magang.
Baca juga: Resep Bakso Urat Kuah Kaldu, Rasanya Nikmat Gurih
Ia sedari kecil dididik untuk prihatin, menghargai orang dan tidak berpangku tangan. Itu sebabnya, ketika SD dan SMP, ia ke sekolah dintar naik sepeda dan pulangnya jalan kaki.
Begitu pula jarak ke SMA Al Azhar di daerah Kemandoran yang terbilang dekat, Agung harus rela naik sepeda motor bukan mobil.
Ketika minta handphone saat SMP, ia justru dimarahi dan itulah yang melecut Agung dengan cara menabung uang jajan dan hasil upah kerja magang di outlet-nya untuk mendapatkan handphone.
Tahun 2000 telah ada tanda-tanda bisnis bakso mulai berkembang. Outlet merambah ke kota-kota besar, bahkan ke luar Pulau Jawa.
Baca juga: Hujan-Hujan, Nikmatnya Makan Bakso Kuah Kelapa Khas Lombok
Tahun 2005, mulailah Bakso Lapangan Tembak menancapkan kuku dengan manajemen modern, terutama dalam penyeragaman kerja sama.
Tahun 2011, Ki Ageng dipanggil Illahi Robbi.
(Hantoro)