Berkaca dari Sejarahnya, Sayur Lodeh Cocok Dikonsumsi saat Pandemi Covid-19

Agregasi BBC Indonesia, Jurnalis
Minggu 14 Maret 2021 08:55 WIB
Ilustrasi sayur lodeh. (Foto: Instagram @guniezzt)
Share :

Mengarantina penduduk berarti juga menerapkan isolasi pada para pendatang baru. Bisa jadi, para pelaut Jawa yang kemudian membuat lodeh populer hingga ke luar Yogyakarta.

Makanan sejenis sup, kuah, dan kari —layaknya sayur lodeh— sangat praktis dimasak saat terjebak di kapal. Maka, hidangan ini pun terus berkembang. Di kota-kota hiper-urban di Asia Tenggara saat ini, sayur lodeh diperkenalkan kembali sebagai makanan kesehatan.

Lodeh juga menjadi hidangan warisan yang menarik bagi kelas menengah yang berkembang pesat. Untuk generasi Instagram, sayur lodeh yang kaya warna cocok untuk menarik perhatian di linimasa.

"Saat pertama kali membuka toko saya, orang-orang biasanya datang untuk keperluan sosial media: 'Lihat, saya bersentuhan dengan budaya saya', semacam itu," kata Nova Dewi Setianbudi, pemilik kedai Suwe Ora Jamu di M Bloc, distrik kuliner kekinian di Jakarta.

Baca juga: Resep Sayur Lodeh yang Disebut Jubir Yuri Kurangi Risiko Korona Covid-19 

"Namun sekarang orang Indonesia mulai menyadari manfaat kesehatan dari makanan tradisional kita; kita tidak selalu menyadari manfaat obat dari bahan-bahan seperti daun salam, serai, dan lengkuas."

Di luar Yogyakarta, sayur lodeh mungkin telah kehilangan makna aslinya, namun hidangan ini masih dikenali sebagai makanan yang bersahaja.

"Lodeh adalah makanan yang sederhana," kata Nova, "Tapi ada filosofi hebat, kebijaksanaan, di baliknya. Kuncinya terletak pada bahan-bahan yang segar."

Namun untuk saat ini, perubahan tren kuliner di Jakarta tak ada hubungannya dengan popularitas lodeh di Yogyakarta.

Baca juga: Resep Makan Siang dengan Lodeh Labu Siam, Praktis dan Lezat 

Di awal pandemi, sebuah pesan beredar di WhatsApp, berisi instruksi memasak sayur lodeh untuk melawan covid-19, yang diklaim berasal dari Sultan Yogyakarta saat ini. Sebagian besar warga tergugah, dan mulai memasak sayur lodeh untuk dibagi-bagikan ke tetangga.

Yogyakarta telah berubah selama 20 tahun terakhir, dengan pembangunan hotel, mal, dan bandara yang pesat. Namun kebutuhan akan tradisi oleh masyarakatnya tidak berubah.

Meski begitu, tidak ada yang benar-benar yakin apakah pesan tersebut berasal dari Sultan. Kepada koran lokal, pihak Keraton menampik, meski banyak juga yang tidak percaya klarifikasi ini.

Yogyakarta adalah anomali; sebuah kesultanan otonom di dalam sebuah republik. Sultan saat ini tentu ingin dilihat sebagai sosok modern dan ingin menjauhkan diri dari takhayul yang melekat pada sayur lodeh.

Tapi pada akhirnya, antusiasme warga terhadap sayur lodeh tidak akan hilang, juga terhadap khasiat yang terkandung di dalamnya.

(Hantoro)

Halaman:
Lihat Semua
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Women lainnya