Mengagumi Karya Seni untuk Tunanetra, Ketika Kaum Difabel Diangkat Derajatnya

Martin Bagya Kertiyasa, Jurnalis
Selasa 17 September 2019 03:28 WIB
Touch Collection milik Singapore Art Museum. (Foto: SIF)
Share :

East and West sendiri, diberi nama untuk menggambarkan percampuran budaya yang terjadi di Singapura. Oleh karena itu, patung prajurit tersebut diberi headset di kepalanya dengan warna hitam putih, dan di bagian bawahnya diberikan aksara China, digabungkan dengan gambar pac man.

"Kenapa Pac Man?" Tanya saya kepada salah satu pegawai Singapore Art Museum tersebut. Dia pun menjawab, Pac Man dipilih karena merupakan kebudayaan yang amat populer di zamannya. Meskipun dibuat di Jepang pada Juli 1980, tapi Pac Man lebih populer di Amerika Utara saat masuk Oktober di tahun yang sama, hingga menjadi game terlaris saat itu.

Adapun seni kontemporer berikutnya, yakni berupa empat kotak persegi yang diibaratkan bagian dari ruangan rumah. Karya original seniman Tang Ling Nah berjudul An Other Space Within the House II memang berupa sebuah ruangan, dengan tangga spiral dan kursi.

Tapi khusus untuk para tunanetra, karya seni tersebut disulap menjadi kecil dengan printer 3D, sehingga para tunanetra dapat merasakan perbedaan dan bentuk-bentuk ruangan, dimensi, serta tekstur.

"Orang berkebutuhan khusus juga bisa menikmati seni lewat Singapore Art Museum Touch Collection. Bagi yang melihat bisa mendapatkan pengalaman baru," kata Wang Tingting, Manager of Programmes Singapore Art Museum di Gallery of SAM Touch Collection, Singapura

Lantas, kenapa harus bersusah payah membuat tiruan kecil tersebut? "Karena banyak para penyandang disabilitas datang bersama keluarganya. Ketika dia mengetahui bagaimana karya seni itu, maka dia bisa ikut berdiskusi dengan anggota keluarga lainnya," jelas dia.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Women lainnya