Hingga saat ini, bedulang masih kerap diselenggarakan masyarakat, tapi bagi turis yang menyambangi Belitung dapat merasakan sensasi makan dengan bedulang. Ada etika khusus dalam bedulang ini, yaitu saat makan, anggota keluarga yang paling muda mengambilkan piringuntuk anggota keluarga yang lebih tua. Selain usia, faktor status sosial pun menjadi patokan.
Anggota keluarga yang lebih muda juga bertugas mengambil lauk untuk anggota keluarga yang lebih tua. Anggota keluarga yang lebih tua diberi urutan lebih awal bergiliran hingga yang paling muda. Selain filosofinya, yang menarik untuk diceritakan adalah sajian khas Belitung yang di Jakarta tak akan bisa ditemukan.
Seperti menu gangan ikan, berupa sup ikan dengan kuah kuning yang bumbunya istimewa menggunakan potongan nanas. Terasa segar dan manis daging ikannya, dinikmati selagi panas. Kuahnya juga berbumbu rempah yang mem buat amis ikan tidak ada lagi. Lauk lainnya yang ikut menambah selera makan adalah ikan bulus dengan sambal mentah.
Garing ikannya terasa seperti dibalut tepung, namun sebenarnya tidak, Selain itu ikan punya ukuran yang lebih besar daripada ikan teri biasa. Dilanjutkan piring lainnya, ada lauk ikan pari bumbu kucai yang dimasak spesial karena ikan pati dipanggang dulu.