Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Dokter Ingatkan Bahaya Fibrilasi Atrium, Risiko Stroke Bisa Naik 5 Kali Lipat

Kurniasih Miftakhul Jannah , Jurnalis-Kamis, 20 November 2025 |07:33 WIB
Dokter Ingatkan Bahaya Fibrilasi Atrium, Risiko Stroke Bisa Naik 5 Kali Lipat
Dokter Ingatkan Bahaya Fibrilasi Atrium, Risiko Stroke Bisa Naik 5 Kali Lipat (Foto: Freepik)
A
A
A

JAKARTA — Pakar jantung sekaligus Head of Pulse Day Task Force dan Chairperson of Public Affairs Committee Asia Pacific Heart Rhythm Society (APHRS), Dr. Dicky Armein Hanafy, Sp.JP (K) FIHA, FAsCC, mengingatkan masyarakat mengenai bahaya Atrial Fibrillation (AF) atau fibrilasi atrium. Kondisi gangguan irama jantung ini disebut sebagai salah satu jenis aritmia paling umum yang berdampak besar pada kesehatan global.

Dr. Dicky menuturkan bahwa kawasan Asia-Pasifik yang dihuni lebih dari separuh populasi dunia mengalami peningkatan signifikan kasus AF setiap tahun. Meski teknologi kesehatan berkembang, akses terhadap layanan aritmia optimal masih belum merata.

“AF dapat meningkatkan risiko stroke hingga lima kali lipat dan gagal jantung tiga kali lipat. Namun banyak kasus yang belum terdiagnosis, terutama di wilayah dengan keterbatasan sumber daya,” ujarnya dalam keterangan resmi, Rabu (19/11/2025).

Data APHRS White Book 2023 menunjukkan tindakan penyelamatan seperti kateter ablasi dan pemasangan implantable cardioverter-defibrillator (ICD) di sejumlah negara Asia masih ratusan kali lebih rendah dibanding negara maju. Hal ini menandakan perlunya strategi bersama dan kebijakan kesehatan jangka panjang.

“Beban penyakit kardiovaskular dan aritmia di Asia-Pasifik terus meningkat. Walaupun teknologi berkembang pesat, akses layanan aritmia masih tidak merata. Ini menjadi sinyal penting untuk memperkuat strategi regional dan kebijakan kesehatan berkelanjutan,” kata Dr. Dicky.

APHRS disebut terus berupaya meningkatkan kualitas layanan aritmia lewat pelatihan regional, program fellowship, dan kolaborasi riset. Meski ada kemajuan, pemerataan layanan tetap menjadi tantangan utama.

Di sisi lain, pemanfaatan teknologi digital seperti perangkat wearable dan aplikasi kesehatan dinilai memberi peluang baru dalam deteksi dini aritmia. Meski begitu, pemeriksaan manual masih diperlukan.

Dr. Dicky mengimbau masyarakat untuk rutin memeriksa denyut nadi secara mandiri. Pemeriksaannya dilakukan dengan menempelkan jari telunjuk dan tengah di pergelangan tangan atau leher, menghitung denyut selama 30 detik, lalu mengalikannya dengan dua. Rentang denyut normal berada di antara 60–100 kali per menit.

(Kurniasih Miftakhul Jannah)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita women lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement