“Awalnya jalur digunakan untuk mengangkut kebutuhan sehari-hari, kemudian tradisi ini berkembang menjadi perlombaan perahu yang dipersembahkan untuk Ratu Wilhelmina setiap tahunnya pada 31 Agustus," tuturnya.
Setelah Indonesia merdeka, imbuhnya, Pacu Jalur berubah fungsi menjadi ajang peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI yang rutin diselenggarakan setiap bulan Agustus dan kini menjadi agenda nasional.
Menbud Fadli menuturkan, “Pacu Jalur adalah tradisi yang sudah lama, lebih dari 100 tahun dan selalu menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Kuansing, termasuk untuk merayakan hari-hari besar agama Islam dan juga hari kemerdekaan kita.”
Di tengah taklimat media, Dikha mempertunjukan tariannya saat berada di haluan kapal. Disorot puluhan kamera, Dikha dengan lihai memperagakan tariannya.
Tak sampai di sana, Menbud Fadli Zon yang juga didampingi oleh Direktur Jenderal Pelindungan Kebudayaan dan Tradisi Restu Gunawan dan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kuantan Singingi Azhar berlagak bak sedang mendayung kapal. Penampilan ini ditutup dengan tepuk tangan yang memenuhi ruangan.
Tradisi Pacu Jalur yang kini mendunia merupakan bukti bahwa kearifan lokal Indonesia memiliki daya saing dan daya tarik yang tinggi di mata dunia. Seraya dengan hal tersebut, Menbud Fadli Zon mendorong diskusi kebudayaan dapat terus berkembang di masyarakat tak hanya di dalam negeri tetapi di panggung global.
“Ini adalah satu ekspresi budaya yang memang diharapkan bisa menginternasionalisasikan ekspresi budaya kita,” ucap Menbud di hadapan puluhan rekan media yang memadati area taklimat media.