Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Hasil Penelitian: Risiko Perceraian Meningkat saat Istri Sakit

Gilang Patria Ramadhan Baskoro , Jurnalis-Rabu, 09 Juli 2025 |05:14 WIB
Hasil Penelitian: Risiko Perceraian Meningkat saat Istri Sakit
Hasil Penelitian: Risiko Perceraian Meningkat saat Istri Sakit (Foto: Freepik)
A
A
A

SEBUAH penelitian mengungkap risiko perceraian meningkat ketika sang istri mengalami sakit. Namun, tingkat perceraian meningkat saat suami yang jatuh sakit atau mengalami keterbatasan fisik.

Tingkat perceraian pada lansia kini semakin meningkat, dan hal ini bisa jadi berkaitan dengan masalah kesehatan, terutama jika istri yang sakit. Sebuah studi baru menunjukkan bahwa kesehatan memainkan peran, namun peran gender mungkin menjadi faktor utama di baliknya.

Penelitian oleh peneliti Italia yang diterbitkan dalam Journal of Marriage and Family mengkaji hubungan antara kesehatan dan tingkat perceraian pada pasangan lansia.

Studi ini menggunakan data selama 18 tahun dari 2004 hingga 2022 terhadap 25.542 pasangan heteroseksual di Eropa yang berusia antara 50 hingga 64 tahun.

Hasilnya cukup mengejutkan. Ketika istri dalam pernikahan lansia jatuh sakit atau mengalami keterbatasan fisik, tingkat perceraian mulai meningkat.

Cara Memberitahu Anak Tentang Perceraian (Foto: Freepik)

“Sebaliknya, risiko perceraian pada usia lanjut tidak berubah secara signifikan ketika pria mengalami masalah kesehatan atau keterbatasan aktivitas, dibandingkan dengan pasangan yang dalam kondisi sehat,” tulis para peneliti, dilansir dari SCMP, Rabu (9/7/2025).

Fenomena “Silver Split” dalam pernikahan

Psikolog Amerika Mark Travers, lulusan Universitas Cornell di New York dan Universitas Colorado Boulder di AS, menilai hasil studi ini sebagian besar disebabkan oleh peran gender yang telah tertanam selama puluhan tahun.

Menurutnya, stigma sosial yang telah lama ada menyebabkan perempuan menanggung beban pekerjaan rumah tangga secara tidak adil.

“Ekspektasi yang tertanam kuat bahwa seorang istri harus selalu memastikan bahwa pekerjaan rumah berjalan dengan lancer sudah tertanam sangat dalam, hingga setiap penyimpangan dari peran ini secara sah dianggap sebagai, pelanggaran terhadap ikatan pernikahan,” tulisnya di majalah Psychology Today.

Bagi Travers, pelanggaran terhadap “kontrak pernikahan” ini bisa menjadi alasan di balik pola baru perceraian di usia lanjut.

“Sudah jelas bahwa mengharapkan perempuan menanggung tanggung jawab ini sendirian, sejak awal, adalah hal yang kuno dan tidak realistis,” lanjutnya.

“Tanggung jawab ini seharusnya selalu dibagi antara suami dan istri. Namun kenyataannya, hal ini seringkali tidak terjadi—bahkan ketika sang istri sedang menghadapi masalah kesehatan.”

 

Fenomena “Grey Divorce”

Saat ini, perceraian lansia sedang marak terjadi. Menurut penelitian dari Bowling Green State University di negara bagian Ohio, AS, kasus “grey divorce” (perceraian di usia lanjut) meningkat tiga kali lipat dari tahun 1990 hingga 2022. Akibatnya, sekitar 15 persen dari semua orang berusia 65 tahun ke atas di AS telah bercerai pada tahun 2022.

Berdasarkan data catatan pernikahan dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC) yang berbasis di Atlanta, sekitar 39 persen dari semua pernikahan di AS berakhir dengan perceraian antara tahun 2000 hingga 2022.

Untuk setiap 1.000 pasangan dewasa di AS, rata-rata 6,2 orang menikah. Sebagian besar tidak bertahan lama, dengan rata-rata 2,4 orang mengalami perceraian.

Mengenai alasan mengapa lansia bercerai dengan tingkat yang semakin tinggi setiap tahunnya, Rosie Shrout, asisten profesor ilmu perkembangan manusia dan keluarga di Purdue University, negara bagian Indiana, sebagian besar menyalahkan angka harapan hidup.

“Beberapa alasan yang mungkin untuk perceraian lansia adalah karena meningkatnya angka harapan hidup. Orang-orang kini kurang bersedia bertahan dalam pernikahan yang tidak bahagia terlalu lama dan lebih optimis bahwa mereka akan menemukan pasangan baru,” katanya.

“Jadi, lansia kini lebih rela bercerai dibandingkan masa lalu

“Karena orang hidup lebih lama, ada lebih banyak peluang untuk membangun hubungan romantis baru sepanjang usia dewasa, termasuk setelah perceraian atau menjadi duda/janda.”

(Kurniasih Miftakhul Jannah)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita women lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement