Sedangkan di bagian depan, tepatnya di kompleks Balai Kota Malang area depan aura energi dari residual masa lalu terasa. None - none Belanda menggunakan dress ala bergaya eropa warna putih kerap menampakkan diri, hingga ke bagian halaman belakang bangunan. Konon residual energi ini menggambarkan dahulu ketika pemerintahan Hindia Belanda masih berkuasa di Indonesia.
Sekilas energi positif memang terasa dari pohon rindang yang mengelilingi makam Mbah Ginah. Sosoknya dinilai layaknya sebagai abdi dalem, ketika di keraton tapi ini merupakan pekerja di kawasan Balai Kota Malang saat masih dikuasai Belanda.
Praktisi supranatural bernama Ki Mudo Leksono menuturkan, ada beberapa sosok yang sering menampakkan diri di kawasan Mini Block Office Malang. Energi itu kerap muncul di malam-malam tertentu.
"Sosoknya perempuan, ada kaitannya dengan makam yang ada di situ," kata Ki Mudo Leksono.
Sementara itu, Pemerhati sejarah Malang Agung H. Buana membenarkan aura di sekitar Tarekot dan bagian belakang Balai Kota Malang menyimpan misteri tersendiri. Aura yang terpancarkan pun berbeda dibandingkan bagian depan dan bangunan inti dari Balai Kota Malang itu sendiri.
Aura inilah yang membuat dari wali kota demi wali kota tak ada yang berani memindahkan makam Mbah Ginah. Bahkan saat pembangunan besar - besaran kawasan Tarekot Malang ditandai dengan pembangunan Mini Block Office Malang pad akhir 2019, Wali Kota Malang Sutiaji juga tak berani memindahkan makam tersebut.
"Kawasan tarekot ini kawasan yang tanda petik punya aura tersendiri, sehingga segala sesuatu itu harus dipertimbangkan. Memindahkan hal kayak gitu (makam) tidak sulit, cuma kita juga punya harmonisasi dengan penciptanya," terangnya.
Konon keangkeran makam ini membuat tak ada yang berani memindahkan. Bahkan makam ini sengaja dipercantik dengan dilapisi keramik di tahun 1990-an.
"Nggak pernah (dibongkar dan dipindahkan) malah kita bersihkan. Terakhir di keramik tahun 90an, sebelumnya belum di keramik," tukasnya.
(Khafid Mardiyansyah)