Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Mengenal Suku Buton, Warisan Maritim dari Tenggara Sulawesi

Wiwie Heriyani , Jurnalis-Rabu, 07 Mei 2025 |14:27 WIB
Mengenal Suku Buton, Warisan Maritim dari Tenggara Sulawesi
Mengenal Suku Buton, Warisan Maritim dari Tenggara Sulawesi, (Foto: Antara)
A
A
A

JAKARTA - Suku Buton merupakan salah satu suku yang populer di Indonesia karena beberapa alasan penting yang mencerminkan kekayaan sejarah, budaya, dan perannya dalam peradaban Nusantara. 

Suku Buton adalah salah satu suku bangsa yang berasal dari wilayah tenggara Pulau Sulawesi, khususnya dari Kepulauan Buton yang kini termasuk dalam Provinsi Sulawesi Tenggara, Indonesia.

Masyarakat Buton memiliki sejarah panjang sebagai pelaut, pedagang, dan pendiri Kesultanan Buton yang terkenal akan sistem hukum dan pemerintahannya yang terorganisir.

Berikut, informasi lengkap tentang Suku Buton, dirangkum Okezone dari berbagai sumber, Rabu (7/5/2025).

1. Asal Usul dan Sejarah

Asal-usul Suku Buton berkaitan erat dengan berdirinya Kesultanan Buton, yang awalnya merupakan kerajaan Hindu-Buddha bernama Kerajaan Wolio. 

Sekira abad ke-15, kerajaan ini mengalami Islamisasi dan berubah menjadi Kesultanan Buton pada tahun 1541 dengan La Elangi sebagai sultan pertamanya, bergelar Sultan Murhum Kaimuddin Khalifatul Khamis.

Kesultanan Buton menjadi salah satu kesultanan maritim yang kuat di wilayah timur Indonesia. Ia memiliki sistem pemerintahan yang unik dan tertulis dalam konstitusi yang disebut Murtabat Tujuh atau Martabat Tujuh, yang mengatur struktur pemerintahan dan masyarakat.


2. Wilayah Persebaran

Suku Buton terutama mendiami Pulau Buton, namun juga tersebar di beberapa daerah sekitarnya seperti:
* Pulau Muna
* Pulau Wakatobi
* Pulau Kabaena
* Sebagian wilayah Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan Kalimantan karena migrasi dan diaspora

 


3. Bahasa

Bahasa Buton termasuk dalam rumpun bahasa Austronesia. Bahasa utama yang digunakan adalah Bahasa Wolio, yang dulu menjadi bahasa resmi Kesultanan Buton. 

Saat ini, terdapat pula dialek dan bahasa daerah lain di kalangan masyarakat Buton, termasuk bahasa Cia-Cia dan bahasa Muna, karena kedekatan geografis dan hubungan sejarah.

Menariknya, pada tahun 2009, sempat ada upaya unik untuk menuliskan bahasa Cia-Cia dengan huruf Hangeul (alfabet Korea), yang kemudian menarik perhatian dunia internasional, meski program tersebut tidak berlanjut lama.


4. Sistem Sosial dan Pemerintahan Adat

Suku Buton memiliki struktur sosial yang kompleks dan sangat dipengaruhi oleh sistem Kesultanan Buton. Pemerintahan tradisional terdiri dari beberapa lembaga adat, di antaranya:
* Sara Patapata (empat lembaga adat utama)
* Bonto (pemimpin wilayah)
* Kapitalao (laksamana atau pemimpin militer maritim)
* Bobato (anggota dewan adat)
* Hukum adat Buton bersifat tertulis, yang menjadikannya unik dibandingkan banyak masyarakat adat lain di Indonesia yang menganut hukum tak tertulis.


5. Budaya dan Tradisi

a. Arsitektur
Rumah adat Buton dikenal sebagai Banua Tada, rumah panggung dari kayu yang tahan gempa dan banjir, mencerminkan pengetahuan lokal yang adaptif terhadap lingkungan.

b. Seni dan Musik
Masyarakat Buton memiliki berbagai bentuk seni tradisional seperti tarian Linda, Tari Lulo, musik gong dan gendang, serta syair puisi berbahasa Wolio.

c. Upacara Adat
Upacara penting seperti Karia (ritual inisiasi bagi remaja perempuan), Posuo, serta tradisi Maulid Nabi, masih dilestarikan dan menjadi bagian dari identitas budaya Buton.

 


6. Agama dan Kepercayaan

Mayoritas Suku Buton beragama Islam, yang telah menjadi bagian dari identitas mereka sejak abad ke-16. Ajaran Islam dan adat istiadat lokal hidup berdampingan, membentuk pola hidup yang khas dalam masyarakat Buton.


7. Mata pencaharian

Mata pencaharian utama Suku Buton sangat dipengaruhi oleh kondisi geografis mereka yang berada di wilayah kepulauan dan pesisir.

Karena berada di daerah pesisir, banyak masyarakat Buton bekerja sebagai nelayan. Mereka menangkap ikan, cumi-cumi, dan hasil laut lainnya dengan perahu tradisional maupun modern.

Sebagian masyarakat Buton juga bermata pencaharian sebagai petani, terutama di daerah pedalaman dan dataran tinggi. Mereka menanam jagung, ubi, padi ladang, kelapa, dan jambu mete.

Sejak masa Kesultanan, orang Buton juga dikenal pandai berdagang. Mereka menjual hasil bumi, hasil laut, serta barang kebutuhan pokok di pasar lokal maupun antar pulau.

(Kemas Irawan Nurrachman)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Telusuri berita women lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement