Kamis, 16 Januari 2025 menjadi hari yang tidak dilupakan dalam sejarah transportasi penerbangan di Libya. Pasalnya, sudah 10 tahun terakhir lalu lintas penerbangan di wilayah ini seperti mati suri.
Permasalahan geopolitik yang penuh tantangan dan konflik, dianggap salah satu penyebab vakumnya penerbangan dari Libya ke dunia luar. Iya di hari itu, pesawat Egypt Air berhasil mendarat di Bandara Kufra.
Pesawat tersebut melakukan pendaratan darurat karena salah seorang pramugari di pesawat tersebut jatuh sakit. Penyebabnya penurunan kadar gula darah dan tekanan darah tinggi.
Perusahaan Layanan Darat Libya memastikan bahwa stasiun perusahaan di semua bandara siap beroperasi dalam waktu 24 jam untuk menyediakan layanan pendaratan bagi semua penerbangan maskapai yang akan melintasi wilayah udara Libya. Semua layanan yang diberikan kepada pesawat dan awak juga dipastikan dilakukan dengan maksimal.
Kementerian Transportasi Libya menyebut, keberhasilan dalam penanganan insiden ini merupakan kabar baik bagi penerbangan Libya. Pemerintah Libya dinilai bekerja keras selama sepuluh tahun terakhir untuk membangun kembali sekot-sektor yang pernah hancur termasuk, salah satunya di sektor penerbangan.
Keberhasilan pendaratan darurat Egypt Air di Bandara Kufra ini diharapkan dapat menjadi peluang besar untuk meningkatkan penerbangan di wilayah udara Libya, seperti dikutip dati libya herald, Selasa (21/1/2025).
Tidak hanya itu, untuk membangkitkan sektor penerbangan tersebut Pemerintah Libya berhasil membujuk ITA Airways untuk melanjutkan penerbangan langsung antara Tripoli dan Roma awal bulan ini. Penerbangan lain yang dalam proses kerjasama beberapa bulan/tahun terakhir di antaranya MedSky, Turkish Airlines, Egypt Air, dab Royal Jordanian.
Libya kini semakin siap untuk membuka jalur penerbangan internasionalnya. Keberhasilan ini memberikan harapan baaru bagi industri penerbangan dan perdagangan yang telah lama terhambat. Hal ini juga menginspirasi para petugas bandara dan rakyat Libya yang telah lama mendambakan kembali terhubung dengan dunia.
(Kemas Irawan Nurrachman)